Nur Hafni Nasution (23), salah satu relawan Dompet Dhuafa pada Program Dompet Dhuafa Volunteer, saat menjalani kegiatan kerelawanan. (Foto: Dokumentasi Dompet Dhuafa)
Sebagian besar masyarakat pernah mendengar ungkapan “Pemuda hari ini adalah pemimpin bangsa hari esok”. Kalimat bijak ini mengantarkan pemikiran kita bahwa masa depan sebuah bangsa dapat diprediksi dengan cara melihat kondisi pemudanya saat ini. Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan agama, nusa dan bangsa.
Kita juga mengetahui bahwa pemuda memiliki potensi sangat besar dalam memproses perubahan. Umat muslim saat ini sedang menantikan siapa yang mengembalikan bangunannya kembali, mengeluarkan mereka dari kejahiliahan dan menyelesaikan problem-problem keumatan. Bukan hanya menjadi tugas ulama, politisi atau pemimpin usaha yang mampu mengatasi problematika umat. Tetapi juga generasi muda yang menjadi kunci utama gerakan perubahan.
Generasi muda mempunyai kelebihan dalam pemikiran yang ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya dan kematangan logikanya. Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan.
Namun, sebagian pemuda di zaman sekarang tidak menyadari bahwa dalam diri mereka terbebani berbagai macam harapan dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Untuk menjadi generasi penerus bangsa yang mumpuni, rasa kemanusiaan tinggi harus terbentuk dalam setiap pribadi pemuda. Aktif dalam kegiatan sosial dan kerelawanan menjadi salah satu upaya dalam menumbuhkan rasa kepekaan untuk saling peduli terhadap sesama. Seperti yang ditunjukkan Nur Hafni Nasution (23), karyawati di salah satu perusahaan swasta di bilangan Jakarta ini. Kecintaannya dalam kegiatan kemanusiaan membuat ia bergabung dalam program kerelawanan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV).
Program Dompet Dhuafa volunteer sendiri memiliki tujuan utama, yakni menciptakan komunitas relawan berbasis dukungan masyarakat untuk gerakan kemanusiaan dan kampanye zakat melalui program-program yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa.
Bagi perempuan kelahiran Lampung, 23 Maret 1991 ini, aktif dalam dunia sosial telah lama digelutinya. Semasa kuliah, mahasiswi alumni Universitas Sumatera Utara (USU) ini, sering mengikuti kegiatan sosial yang digelar di kampusnya.
“Saya sering ikut bakti sosial, kampanye kepedulian lingkungan, pas puasa bikin acara buka bersama dengan anak yatim. Saya suka banget kegiatan kemanusiaan,” ujarnya.
Menginjak satu tahun bergabung dalam keluarga besar Dompet Dhuafa Volunteer, Hafni, demikian sapaan akrabnya menceritakan, berbagai kegiatan kemanusiaan telah dijalaninya seperti Jambore Anak Yatim, Kampanye Kepedulian Lingkungan (Peringati Hari Bumi), Bakti Sosial Ramadhan (Cuci Mukena), dan kegiatan kemanusiaan lainnya.
“Alhamdulillah, kontribusi saya semakin bertambah dalam bidang kemanusiaan setelah gabung bersama Dompet Dhuafa Volunteer,” ucapnya.
Kepuasan batin menjadi capaian Hafni setelah menjalani kegiatan sosialnya bersama Dompet Dhuafa. Menurutnya, rasa senang yang didapatkannya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ia hanya mampu tersenyum dan merasakan kenikmatan tersendiri setelah membantu orang lain.
“Rasanya sulit diungkapkan, ibaratnya uang pun tak dapat membeli rasa senang kita setelah melakukan hal yang bermanfaat,” tambahnya.
Hafni berharap, semangat kerelawanan dan kepedulian antar sesama terus terbentuk pada generasi muda bangsa ini. Karena generasi muda inilah yang menjadi ujung tombak negara ini dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
“Ya bisa dimulai dari aktif di setiap kegiatan sosial. Karena melakukan hal-hal yang bermanfaat itu mengasyikkan,” pungkas Hafni. (uyang/gie)