BOGOR — Bagi masyarakat Indonesia, tahu bukanlah hal langka untuk ditemui. Tahu sudah menjadi salah satu makanan pokok pendamping nasi yang digemari orang Indonesia. Selain harganya yang relatif cukup murah, tahu dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan.
Makanan berwarna putih bertekstur lembut tersebut mempunyai beberapa jenis, salah satunya ‘tahu iwul’ asal Kampung Iwul Desa Bojong Sempu, Parung, Bogor. Produksi tahu iwul sudah menjadi tradisi turun-temurun di Kampung Iwul.
Saat ini Kampung Iwul menjadi kampung binaan Dompet Dhuafa. Tanpa mengubah tradisi dan identitas Kampung Iwul, Dompet Dhuafa membimbing dan memberdayakan masyarakat kampung tersebut. Sejak 2005, Dompet Dhuafa bersama warga Kampung Iwul mendirikan ‘Rumah Industri Tahu Iwul’.
“Saya menjadi pengrajin tahu iwul sudah sejak lama. Ini merupakan warisan turun temurun dari orangtua. Kemudian kami bermitra dengan Dompet Dhuafa mulai 2005. Setelah itu alhamdulillah banyak kemajuan. Kami juga selalu mendapat pembinaan dari Dompet Dhuafa,” ungkap Sapri, salah pengrajin tahu iwul.
Saat itu bentuk pembinaan berupa permodalan dan penyediaan peralatan-peralatan pendukung lainnya. Selain itu juga pengetahuan dan pelatihan membuat tahu dengan baik, mulai dari pemilihan biji kedelai, pembuatan, pemasaran hingga pengolahan limbahnya. Setelah dua tahun berjalan, Dompet Dhuafa mulai melepas para mitranya supaya semakin mandiri. Namun tetap membimbing dengan pengontrolan dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Dari hasil pengolahan kedelai oleh Sapri dan komunitasnya, semuanya dapat dimanfaatkan, mulai dari sarinya, ampasnya hingga limbahnya. Selain itu, Dompet Dhuafa juga membekali para pengrajin dengan pengetahuan yang cukup tentang nilai gizi dan protein tahu iwul.
Rumah industri tahu iwul juga menjadi salah satu kawasan wisata D’Jampang oleh Zona Madina Dompet Dhuafa. Rumah Sapri pun kerap kali dikunjungi oleh wisatawan, baik sekedar mampir maupun menimba pengetahuan di sana. Kala itu Rumah industri tahu iwul mendapat kunjungan dari para influencer.
Layaknya tourguide, Sapri menunjukkan dan menjelaskan tentang produksi tahu iwul, macam-macam peralatannya, proses pembuatan hingga manfaat tahu iwul bagi kesehatan.
“Pertama kedelai direndam 5 sampai 6 jam. Kemudian digiling dijadikan bubur kedelai. Setelah itu direbus untuk dipisahkan ampas dan air sari kedelainya. Ampas nanti dijadikan untuk oncom, air sari kedelai bisa dijadikan sebagai susu kedelai atau dijadikan tahu. Sebagian dijadikan tahu dengan cara mencampurkannya dengan air sari kedelai fermentasi satu hari yang lalu. Jadi tidak ada tambahan bahan kimia sama sekali, campurannya dengan air hasil fermentasi sari kedelai itu sendiri,” jelas Sapri.
Menjadi hal unik adalah tahu iwul diolah dengan cara tradisional dan 100% alami. Tidak menggunakan bahan kimia apapun. Bahkan dalam cara memasaknya, hasil limbah tahu iwul dijadikan biogas untuk bahan bakar kompor. Kampung Iwul menjadi kampung hayati dengan konsep ‘zero waste’ dengan tata ruang yang ramah lingkungan.
Dalam memproduksi tahu iwul, Sapri dibantu oleh istri dan dua anaknya. Sapri juga mempunyai beberapa karyawan lain. Saat ini ada 15 kelompok terdiri dari 260 anggota yang tergabung dalam Kelompok MitraBersama Sentra tahu Iwul. (Dompet Dhuafa/Muthohar)