Menjelajahi Ambon, THK Dompet Dhuafa Ukir Cerita Di Hari Raya

Foto Ilustrasi kurban THK menyasar pelosok negeri

 

MALUKU — Kota ambon menyimpan pesona tersendiri. Pahitnya pertikaian beberapa tahun silam tidak mampu mengikis manisnya kota ini. Ada yang berbeda dengan hari kurban sebelumnya bagi Utami Sri Lestari, di 2018. Ia harus jauh dari keluarga. Namun ia tetap merasakan indahnya Idul Adha bersama keluarga barunya. Sepanjang perjalanan ia mendapati berbagai ragam harapan, semangat, dan dedikasi.

Setelah menempuh penerbangan hingga 3,5 jam, Utami disuguhi keindahan Kota Ambon yang dikelilingi lautan, juga pemandangan alam nan cantik yang selalu memanjakan mata. Rusli Raiban, partnernya dalam tim Tebar Hewan Kurban (THK 2018) memiliki dedikasi tinggi dalam menebar hewan kurban Dompet Dhuafa untuk masyarakat pelosok Maluku. Hal tersebut membuat Utami semakin bersemangat.

“Kami bermitra dengan Dompet Dhuafa sejak 2001 dan alhamdulillah kami dapat menyebarkan hewan kurban dari Dompet Dhuafa sampai ke pelosok-pelosok, khusunya di Provinsi Maluku. Sebagian masyarakat di sini mayoritas belum pernah merasakan berkurban. Namun dengan adanya program THK oleh Dompet Dhuafa, mereka dapat menikmati Idul Kurban bersama para muslimin lainnya,” ujar Rusli.

Tempat pertama yang menjadi target pelaksanaan THK 2018 Dompet Dhuafa di Maluku adalah Dusun Nusa Ela, Pulau Tiga, maluku Tengah. Terdapat 73 Kepala Keluarga yang tinggal di dusun tersebut. Butuh waktu hingga 30 menit bagi Utami dan Rusli untuk menyeberang dengan perahu supaya sampai ke Dusun Nusa Ela. Kebutuhan air bersih menjadi kendala utama bagi masyarakat Dusun Nusa Ela. Mereka hanya memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan minum dan memasak. Namun keterbatasan tersebut tidak menghalangi warga menunaikan sholat Id berjamaah.

Bagi Utami, menjadi amil juga sebagai penyampai amanah donatur adalah wujud tekadnya bersama Dompet Dhuafa.

“Alhamdulillah, 73 KK warga Nusa Ela dapat menikmati daging kurban tahun ini. Dalam keterbatasan selalu ada keberkahan,” terang Utami, kala itu.

Pulau Seram Bagian Barat juga menjadi target Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Sejauh 47 KM perjalanan darat harus ditempuh dari Pulau Tiga menuju pelabuhan Hunimua untuk sampai ke Pulau Seram. Kemudian dilanjut 2 jam perjalanan laut menuju dermaga Waipirit Pulau Seram. Dilanjutkan 60 KM perjalanan darat menuju Dusun Pohon Batu. Ada 3 titik yang menjadi terget THK Dompet Dhuafa di Pulau kecil tersebut. Titik pertama adalah Dusun Pohon Batu di Pulau Seram Bagian Barat.

“Keinginan warga sini untuk berkurban sangatlah kuat. Masing-masing Kepala Keluarga dari 150 KK di Dusun Pohon Batu ini rela menyisihkan Rp. 25.000 untuk patungan kurban. Sungguh malu rasanya ketika kita berkecukupan tidak memiliki semangat yang sama,” ujar Utami.

Terget lainnya adalah Dusun Waiyoho, 20 kilometer dari Dusun Pohon Batu. Di Dusun Waiyoho, Dompet Dhuafa menyembelih seekor sapi untuk dibagikan kepada warga.

Berlanjut ke dusun lainnya, yaitu Tatinang. Sebuah dusun kecil yang dikelilingi gunung dan laut. Meskipun masih menjadi bagian dari Pulau Seram, untuk menuju kesana Utami harus menempuh perjalanan sejauh 40 KM melalui jalur darat. Kemudian menyeberang menggunakan perahu melewati laut lepas.

“Hewan kurban setelah disembelih dan diambil dagingnya, kemudian dibagikan kepada para janda, yatim dan warga miskin lainnya. Setelah mereka mendapatkan daging kurban, kami bagikan kepada masyarakat lainnya,” terang Icu, warga Dusun Katinang.

Menurut pengakuan warga Desa Katinang belum pernah ada yang berkurban sapi sebelumnya. Bahkan seandainya tidak kedatangan sapi dari Dompet Dhuafa, mereka hanya memiliki seekor kambing untuk dinikmati 75 Kepala Keluarga. Dikarenakan seekor kambing lagi mati sehari sebelum hari lebaran. (Dompet Dhuafa/Muthohar)