Menuju Dompet Dhuafa University

Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini (kiri), memberikan cinderamata kepada pemateri FGD Dompet Dhuafa University, Tri Hanuranto di kantor pusat Dompet Dhuafa, Ciputat, Tangerang Selatan.

 

TANGERANG SELATAN — Dompet Dhuafa merupakan lembaga non-profit yang mengelola zakat sesuai dengan peruntukkannya. Dana zakat yang dihimpun digunakan untuk kemaslahatan umat agar manfaatnya dapat tersebar. Penyebaran dana zakat dapat melalui berbagai cara, salah satunya ialah pendidikan.

Dengan pemikiran tersebut, Dompet Dhuafa merencanakan sebuah program baru dalam bidang pendidikan untuk kaum dhuafa. Jika Dompet Dhuafa sudah bergerak dalam pendanaan sekolah SMART Ekselensia atau beasiswa, kali ini Dompet Dhuafa bergerak dalam pendidikan tinggi. Dompet Dhuafa merencanakan pembentukan Dompet Dhuafa University.

Dalam rangka pembentukannya, Dompet Dhuafa melakukan sejumlah langkah. Salah satunya ialah dengan membuat Focus Group Discussion (FGD). Pada hari Jumat (22/1), telah digelar FGD kedua dengan narasumber Ahmad Tri Hanuranto, mantan rektor Telkom University tahun 2010, yang berlangsug di kantor Dompet Dhuafa, Ciputat, Tangerang Selatan.

FGD yang berlangsung selama dua jam tersebut, membicarakan mengenai bagaimana awal pembentukan Telkom University. Dari paparan yang disampaikan oleh Ahmad akan diambil beberapa garis besarnya. Sehingga nantinya akan menjadi pembelajaran bagi Dompet Dhuafa untuk mendirikan DD University.

Pada FGD ini, Ahmad mengungkapkan bahwa pendidikan tinggi itu penting. Sebab menurut Ahmad, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini, lulusan perguruan tinggi akan jauh lebih siap. Ahmad juga menambahkan bahwa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) pun tidak cukup untuk menghadapi MEA ini.

Hasil FGD ini berkesimpulan bahwa untuk membangun sebuah universitas, maka yang diperlukan ialah visi dan misi yang matang. Selain itu, diperlukan juga Sumber Daya Manusia yang baik untuk mendirikannya. Tata kelola yang baik juga dibutuhkan, mengingat menurut Ahmad, dalam perjalanan pembentukan universitas pasti akan menemui konflik. Dengan demikian, tata kelola seperti manajemen konfliknya pun perlu dipersiapkan.

“Sebenarnya, FGD yang dilaksanakan hari ini ialah FGD kedua dari rangkaian pembentukan DD University. Hasil dari FGD ini akan disampaikan ke pemangku program berikutnya. Jadi hasil FGD ini adalah rekomendasi kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab ke DD University,” menurut Sri Nurhidayati dari Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa.

Sri Nurhidayati mengungkapkan bahwa yang bertanggung jawab terhadap DD University ialah Parni Hadi sebagai Rektor DD University dan wakil rektor Ahmad Juwaini beserta Arianda Pohan. FGD kali ini dihadiri oleh Ahmad Juwaini sebagai wakil rektor, Sekolah Guru Indonesia (SGI), Institut Kemandirian (IK), Kampung Ternak, dan sebagainya. FGD pun diakhiri dengan sesi tanya jawab serta pemberian cenderamata kepada Ahmad Tri Hanuranto. (Dompet Dhuafa/Diba Amalia)