Meretas Kepedulian Pasien Psikiatri

Tepi jalan raya menjadi rumah tinggal bagi para pasien psikiatri. Namun pada rumah ini tidak ada kehangatan atau keramahan keluarga, karena yang tinggal hanya lalu lalang kaki manusia dengan tangan melipat, enggan memberi pelukan. Mereka tak dianggap dan terbuang.

Terik matahari yang membakar ruas jalan menjadi saksi tentang mereka yang berwajah kusam, sekujur tubuh berdaki, dan pakaian compang-camping bahkan tidak layak sebagai penutup aurat. Mereka kerap kali mencari-cari makanan dari tumpukan sampah. Jarang ada yang mempedulikan. Sebab, stigma masyarakat terhadap seseorang yang mengalami gangguan jiwa cukup memprihatinkan. Ditambah lagi keluarga yang tidak memiliki dana membawanya berobat, menjadikan mereka semakin terlantar.

Hal ini yang melatarbelakangi Dompet Dhuafa melalui tim Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) turun ke jalan, menyisir setiap ruas di daerah Jabodetabek untuk memberikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan dhoruriat seperti makan, minum, dan pakaian yang layak, dengan harapan dapat mengangkat harkat martabat pasien psikiatri. Tim LPM juga mengajarkan kepada mereka tata cara makan yang baik.

Selain itu, penerima manfaat program ini meliputi para pasien yang memiliki keluarga atau pun tidak; mereka yang sedang menjalani pengobatan baik di yayasan atau rumah sakit; mereka yang dipasung oleh keluarganya dan tidak mendapatkan penanganan khusus; dan para tenaga kesehatan yang membina para pasien psikiatri baik sukarelawan, pegawai rumah sakit.

Rifai sebagai Tim LPM yang bertugas menyalurkan manfaat di sepanjang jalan raya Citayem – Padjajaran – Jendral Sudirman – Yasmin, Bogor, mengaku, mereka hanya menganggukkan kepala seolah mengucapkan terima kasih saat diberikan makanan dan diajarkan cara makan yang baik.

“Semoga semakin banyak orang yang peduli kepada mereka dan bersikap ramah, seperti masyarakat Indonesia yang terkenal dengan keramahannya,” ucap Rifai. (LPM Dompet Dhuafa/Rachmat)

 

Editor: Uyang