Mesjin Jahit Baru, Usaha Anas Kembali Menggebu

Foto: Uyang/Dompet Dhuafa

Hidup dalam keterbatasan ekonomi tak membuat lelaki paruh baya ini putus semangat dalam menjalani hidup. Segala usaha telah dilakukan bapak tiga anak ini untuk terlepas dari jeratan ekonomi yang telah menderanya hampir selama 10 tahun. Ia mulai dari buruh bangunan, tukang parkir, hingga kuli di jasa pencucian motor.

Biaya hidup semakin mahal ditambah dengan tiga orang anak dan dua cucu yang kini masih menjadi tangunggannya membuatnya harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Semua itu membuat Anas Jamaris (51), nama lelaki itu, teringat kembali akan keahlian menjahit yang dimilikinya saat mengikuti kursus 25 tahun lalu.

“Saya bisa jahit, buat celana, kemeja, daster, dan pasang kancing. Dulu juga pernah kerja di pabrik baju, cuma kena PHK, jadi sempat terhenti kebiasaan menjahitnya,” terang Anas bercerita.

Semangatnya kembali dalam dunia menjahit semakin menggelora. Memiliki sebuah mesin jahit menjadi keinginan yang paling besar, agar impiannya untuk membuka jasa jahit dapat terwujud. Namun apa daya, modal untuk membeli mesin jahit yang diidamkannya tidaklah cukup.

“Jangankan mesin jahit baru, punya mesin jahit bekas aja saya udah bersyukur banget. Yang bekas aja harganya mahal banget, nggak kuat beli saya,” ujarnya berseloroh.

Meski terhalang dengan masalah modal, tidak membuat pria asal Padang, Sumatera Barat ini patah semangat dan menyerah. Berbagai usaha seperti meminjam pinjaman dengan kerabat terdekat dan tetangga telah dilakukannya, namun semuanya tidak membuahkan hasil. Hingga suatu hari, sahabat lamanya memberitahukan informasi terkait dengan Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa.

Tertarik dengan usulan sahabatnya tersebut, ia akhirnya mendatangi kantor STF Dompet Dhuafa di Tangerang Selatan. Kegigihannya memperbaiki kualitas hidup dari jeratan ekonomi, membuat STF Dompet Dhuafa mewujudkan keinginannya dengan memberikan pinjaman modal usaha sebesar Rp 750.000. Dana tersebut, digunakannya untuk membeli mesin jahit.

“Alhamdulillah, Dompet Dhuafa bisa bantu saya. Sekarang saya bisa punya mesin jahit,” ungkapnya.

Berbekal dengan mesin jahit yang baru diperolehnya tersebut, kini ia membuka usaha jasa terima jahitan, di sekitar wilayah Sandratex, Ciputat, Tangerang Selatan. Meski jasa jahitan yang ditawarkannya belum mampu menarik minat banyak orang, namun ia sangat berharap, suatu saat usaha yang digelutinya saat ini dapat berkembang dan memiliki anak buah yang dapat membantunya.

Demikianlah sekelumit cerita Anas, salah satu penerima manfaat yang mendapatkan bantuan pinjaman modal usaha, pada program Sosial Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa.

STF merupakan program ekonomi Dompet Dhuafa yang memainkan peran sebagai bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan), yakni meminjam dengan pengembalian tanpa tambahan bunga maupun bagi hasil.

Yetti, Koordinator Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Tangerang Selatan menuturkan, jumlah penerima manfaat yang dilayani meningkat drastis. Jumlah penerima manfaat pada Juli 2014 sebanyak 439 penerima manfaat.

“Alhamdulillah, ini saja baru rekapitulasi pertengahan Juli, mungkin jumlah penerima manfaatnya bisa bertambah hingga akhir Juli,” ujarnya.

Wilayah yang menjadi sebaran penerima manfaat STF Tangsel seperti, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara, dan Setu. Beberapa unit program STF juga telah digulirkan di antaranya di wilayah Padang, Tasikmalaya, Surabaya, Mentawai, dan Wasior. (uyang/gie)