Meski Belia, Arik Jadi Tumpuan Keluarga

Masa remaja merupakan masa pembentukan jati diri. Sebelum meraih tanggung jawab yang lebih besar, seorang remaja dituntut untuk menjadi lebih dewasa dan pribadi yang lebih matang. Begitulah kira-kira orang bijak mengatakan.

Tak seperti remaja pada umumnya, Arik Suprapti (23) sudah merasakan menjadi lebih “dewasa” dengan tanggung jawab yang begitu besar semenjak ditinggal sang ayah 13 tahun silam. Arik tinggal mengontrak bersama Ibu, Suparti (53), dan sang Nenek, Misni (72). Mereka bertiga tinggal mengontrak di Jalan Puskesmas RT.03/01 Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Dahulu Suparti dikenal sebagai penjahit. Dengan profesinya sebagai penjahit ia mampu menyekolahkan Arik hingga tamat SMA. Namun dikarenakan kondisi mesin jahit telah tua dan rusak ia beralih profesi menjadi karyawan catering. Faktor usia ternyata berpengaruh sangat besar terhadap produktifitas Suparti. Ia mulai sering dilanda lelah dan sakit-sakitan hingga ia memutuskan untuk keluar, dan saat ini ia berdagang kue dan gorengan yang ia titipkan ke warung warga sekitar.

Melihat keadaan fisik sang ibu yang mulai menurun, sebagai anak Arik menyadari tanggung jawab yang diemban oleh Suparti tak mungkin lagi ditanggung sendiri. Demi membantu ibu dan ekonomi keluarga, Dara asal Blitar, Jawa Timur, ini menjalani beragam pekerjaan dari mulai antar jemput sekolah hingga menjadi pengajar di Lembaga Bimbel (Bimbingan Belajar). “Alhamdulillah biar sedikit yang penting bisa buat bantu-bantu ibu,” ujar Arik merendah.  

Arik merupakan seorang remaja yang aktif dalam berbagai macam kegiatan. Mulai dari kegiatan keagamaan hingga aktifitas kemahasiswaan rutin ia jalani. Arik juga tercatat sebagai Mahasiswa tingkat akhir di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Ilmu Perpustakaan. Ia berharap dengan ia kuliah, ia bisa meningkatkan harkat dan derajat keluarga kearah yang lebih baik dari sebelumnya. 

Baru-baru ini Arik ditawari order (pesanan) menjahit hijab dalam jumlah besar dari teman pengajiannya. Awalnya Arik berpikir bahwa ini merupakan kesempatan karena selain dapat mengasah kembali skill menjahitnya, ia juga bisa meningkatkan pendapatan keluarga dengan memulai kembali usaha menjahit yang sempat terhenti selama 5 tahun ini. Apalagi Arik yakin dengan sentuhan “tangan dingin” sang ibu ia bisa merenda pesanan hijab sang karib.

Namun mimpi Arik mendapat pesanan jahit hijab sementara harus dipendam dahulu, ia tahu bahwa mesin jahit yang ia miliki dalam kondisi rusak. Ia pun meminta waktu pada sang kawan agar ia bisa service atau membeli mesin jahit baru. “Mba mesin jahit aku rusak, minta waktu ya buat betulin dulu,” pinta Arik kepada kawannya. “Ya udah kalo mesin jahit udah siap kabarin ya, nanti kita bisa mulai,” pungkas sang teman menjawab pertanyaan. Begitulah Arik menceritakan ihwal percakapan dengan kawan kepada Tim LPM.

LPM Dompet Dhuafa sebagai lembaga penerima amanah dari para dermawan, berusaha menjawab kegundahan yang dirasakan oleh Arik. Demi meningkatkan pendapatan dan pemberdayaan ekonomi berbasis keluarga, LPM melalui program “Tunas Keluarga” membantu Arik untuk mendapatkan mesin jahit baru. “Terima kasih para dermawan sekalian, mudah-mudahan mesin jahit ini bisa berguna untuk usaha saya dan keluarga,” ucap Arik seraya berharap.

LPM Dompet Dhuafa juga berharap bentangan kebaikan dari para donatur sekalian bisa memberikan jalan kemandirian bagi Arik-Arik lainnya di luar sana. (Rifky/LPM Dompet Dhuafa)