Meski Sendiri, Mak Niah Mencoba Berdikari

Allahu akbar…. Allahu akbar….. Kumandang Adzan Ashar terdengar bersahut-sahutan memanggil setiap muslim untuk melaksanakan shalat di sore hari. Kala saat itu tiba, Ivan (12), Bocah kelas 6 Sekolah Dasar itu tengah bersiap-siap melaksanakan aktivitas pengajian rutin yang biasa ia lakukan. Setelah selesai mandi dan shalat Ashar ia bergegas menuju tempat pengajian yang tak jauh dari rumahnya di Jalan Musholla An-Nur, Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Namun sebelum beranjak pergi, sang nenek, Nihayati (58) atau yang biasa dipanggil Mak Niah, dengan penuh kelembutan dan rasa cinta selalu merapikan baju dan menyisir rambut Ivan yang tampak klimis. Tak lupa ia menyisipkan uang Rp 2.000di saku kecil baju cucunya tersebut. Mak Niah tampak sangat sayang pada Ivan seperti layaknya anak kandung sendiri. Hal ini tak lain karena memang Ivan telah dirawat sejak lahir tatkala sang ibu meninggal dunia ketika melahirkannya dan sang ayah “menitipkan” dirinya kepada Mak Niah.

“Udah 12 tahun, Dek, Emak ngasuh dia, serasa udah kayak anak sendiri aja. Manggil saya aja bukan nenek tapi Emak,” ujar wanita paruh baya ini

Ironis memang jika melihat kehidupan Mak Niah. Di usia yang mulai senja seharusnya Mak Niah dirawat oleh anak-cucu, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Namun, Mak Niah tak ingin terus meratapi hidupnya yang penuh dengan kekurangan, sebisa mungkin ia mencari nafkah demi membesarkan dan membiayai pendidikan Ivan. Untuk menyambung hidup, Mak Niah berdagang sayur di pagi hari dan dilanjutkan di malam hari dengan menjual tahu goreng.

“Kalo cuma jual sayur, kebutuhan Emak sama Ivan gak bakal ketutup, makanya malemnya Emak puter uangnya buat jual tahu,” kata Mak Niah.

Usaha yang dilakukan Mak Niah tak selamanya mulus, ada kalanya ia harus berhenti dagang karena modal habis terpakai untuk kebutuhan lain seperti listrik, sekolah, dan sakit yang datang sewaktu-waktu. Selain itu, faktor usia dan gangguan pendengaran yang dialami oleh Mak Niah juga menjadi penghambat dalam usahanya menjual sayur. Tapi, semua itu dilalui oleh Mak Niah dengan tulus, ikhlas, dan sabar.

Tak ada yang tahu bahwa sehari-harinya Mak Niah terkadang kekurangan makan, meskipun dikelilingi saudara kandung yang rumahnya berdekatan, tapi hal itu tak membuatnya mengemis memohon pertolongan pada mereka. Prinsip hidupnya sungguh hebat, ia tak ingin mengiba meski serba kekurangan. Beruntung karena rumahnya berdekatan dengan Musholla ia sering mendapat santunan berupa beras dari pengurus Musholla.

“Alhamdulillah masih ada yang perhatiin Emak. Emak mah, Dek, kalo hujan kebanjiran juga gak pernah cerita sama tetangga. Biarin aja dah keadaan Emak kayak gini yang penting gak ngerepotin siapa-siapa,” ujar Mak Niah seraya menunjukkan langit-langit rumah yang bolong dengan kayu-kayu yang telah lapuk dimakan usia.

Sebelum seperti sekarang ini, Mak Niah bukanlah sosok kepala keluarga tunggal. Sebelumnya ada Hendra (31), anak kedua Mak Niah yang menjadi tulang punggung keluarga. Sayang, musibah yang menimpa Hendra memaksanya untuk berada dalam jeruji besi Lembaga Pemasyarakatan (LP).

Dahulu Hendra bekerja sebagai waitress di salah satu Hotel daerah Jakarta. Begitu besarnya peran Hendra dalam keluarga, Ivan sampai-sampai menganggap Hendra sebagai ayahnya sendiri. Begitu pun dengan Mak Niah, peran sang kepala keluarga telah begitu baik dijalankan olehnya. Namun seiring dengan musibah yang datang, peran Hendra sebagai kepala keluarga telah hilang.

Berdasarkan cerita dari Mak Niah, Hendra dijebak oleh salah satu tamu hotel yang meminta ia untuk mengambilkan tasnya keluar, namun ketika keluar beberapa orang berpakaian preman menggenggam Hendra dengan erat dan memeriksa tas yang ia bawa. Begitu terkejutnya Hendra ketika mengetahui bahwa yang menangkapnya adalah Polisi dan isi tas yang ia bawa berisi narkoba. Kejadian itu tak ayal, membuatnya diduga sebagai kurir dan telah mendapat vonis pengadilan selama 4 tahun.

“Emak kaget banget, Dek, waktu tahu dia ditangkep. Kalo Emak jenguk ke LP, dia pasti cium kaki Emak sambil bilang maafin Hendra ya Mak, Emak yang sabar ya…” ucap Mak Niah dengan terisak dan air mata yang mulai mengalir deras membasahi pipi.

Mak Niah tak habis pikir mengapa ada saja orang yang tega untuk mendzalimi keluarganya. Ia juga sangat ingin bertemu dengan perempuan tamu hotel yang menjadikan anaknya mendekam di LP untuk meminta pertanggung jawaban. Tapi sekali lagi Mak Niah hanya bisa berharap hal itu terwujud.

“Emak cuma bisa doain semoga orang yang dzalim sama keluarga Emak dimaafin sama Allah dan dibuka pintu hatinya,” harap janda 2 anak ini.

Dompet Dhuafa sebagai lembaga kemanusiaan mengerti betul apa yang dirasakan oleh Mak Niah dan keluarga. Untuk mengatasi masalah ekonomi dan pendidikan cucunya,  melalui LPM (Lembaga Pelayanan Masyarakat), Dompet Dhuafa  memberikan bantuan untuk Mak Niah agar ia bisa berdagang kembali dan santunan untuk Ivan agar tak terkendala biaya sekolah.

“Terima Kasih Dompet Dhuafa atas bantuannya. Doain aja semoga Emak bisa dagang lagi,” ujarnya. (LPM Dompet Dhuafa/Rifky)

 

Editor: Uyang