Meski Terlantar, Mbah Parsinah Tak Menyerah Jalani Hidup

Menghabiskan hari tua bersama anak dan cucu merupakan hal istimewa bagi seorang ibu. Selama Sembilan bulan lamanya dan mempertaruhkan nyawa dalam melahirkan sang buah hati, yang di harapkan nantinya bisa menemani hari tuanya.

Namun rasanya hal itu hanya mimpi belaka bagi Parsinah. Perempuan berusia 63 tahun ini, kini hidup sebatang kara. Usianya yang semakin lanjut juga semakin diperparah dengan penyakit stroke yang ia alami Sejak 5 tahun yang lalu.

Akibat penyakit tersebut, Mbah Parsinah, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini, tidak mampu melanjutkan aktifitasnya sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Jika ingin mandi ia harus di gendong oleh tetangganya.

“Saya sudah sepuh, jangankan berjalan, untuk berdiri aja saya sudah sangat sulit,” ucap nenek asal Bogor, Jawa Barat ini.

Saat ini, Mbah Parsinah ditampung di salah satu rumah warga di kawasan perumahan Cilincing rt 04/08 no 17 Jakarta. Beruntung perempuan yang dikenal sebagai sosok penyabar dan murah senyum ini memiliki tetangga yang baik dan peduli terhadap dirinya. Para tetangganya lah yang memenuhi semua kebutuhan Mbah Parsinah.

“Alhamdulillah, ternyata masih ada yang peduli dengan saya. Bismillah saya hanya berusaha ikhlas jalani ini semua,” terangnya.

“Mbah parsinah, sebenarnya memiliki 7 orang anak. Namun, 3 di antaranya telah meninggal dunia. Adapun ke 4 anak yang lainnya sudah berkeluarga. Ke 4 anaknya saat ini tinggal dan bekerja di Jakarta. Namun begitu, anaknya sesekali masih menengok sang ibu, walaupun jauh dilubuk hatinya berkeinginan menghabiskan masa tuanya bersama anak cucunya.

“Biarlah anak-anak saya bahagia. Inginnya saya hidup sama mereka, tapi saya nggak ingin nyusahin mereka,” paparnya.

Dalam kesehariannya, kini nenek yang juga mengalami sesak nafas ini hanya bisa menghabiskan hari-harinya di atas tempat tidur. Lantunan dzikir dan doa terus dipanjatkannya setiap saat. Dalam hati kecilnya, ia tidak ingin lagi menjadi beban bagi tetangganya. Berharap suatu saat, ada lembaga sosial yang mau membantunya dalam urusan kebutuhan makannya sehari-hari.

Alhamdulillah, apa yang diinginkan sang nenek ini akhirnya terwujud. Atas izin Allah melalui Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, memberikan bantuan kepada Mbah Parsinah pada Program Jaminan Makan selama 6 bulan sebesar Rp 300.000-Rp 500.000 yang telah berlangsung pada Maret lalu. Ia sangat bersyukur, dengan bantuan yang diberikan Dompet Dhuafa selama ini. (uyang)