Micro Library, Perpustakaan Pertama Berkonsep Ramah Lingkungan

BANDUNG-Penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD), bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur. Hasil ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh UNESCO pada 2011, indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 yang artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang memiliki minat membaca tinggi.

Hasil penelitian tersebut tentu membuat miris. Padahal, untuk menjadi bangsa yang besar salah satunya dibutuhkan masyarakat yang gemar membaca bacaan berkualitas. Berangkat dari hal tersebut, Pusat Sumber Belajar (PSB), Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa bekerja sama dengan SHAU Architecture & Urbanism, Dompet Dhuafa Jawa Barat, dan Pemerintah Kota Bandung membangun perpustakaan umum yang diberi nama Micro Library (Miclib) di Taman Bima, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Bandung. Miclib ini merupakan yang pertama dibangun.

“Di kelurahan arjuna kecamatan Cicendo ini mengawali yang lain. Kebetulan ini kerjasa sama dari bantuan Dompet Dhuafa yang nanti Insyaa Allah akan terus dilaksanakan dengan pihak-pihak lainnya. Sehingga kedepannya anak-anak bandung ini makin lama makin pintar, cerdas, dan berimajinasi tinggi. Terus waktunya tidak habis liatin gadget saja. Tapi datang kesini membaca dan melaksanakan kegiatan,” harap Ridwan Kamil, selaku Walikota Bandung dalam peresmian Miclib pada Sabtu (5/6).

Dibangunnya miclib ini bertujuan untuk mencipakan kebiasaan dan kegemaran membaca bagi anak-anak sejak usia dini. Selain itu juga menunjang kegiatan belajar masyarakat baik yang bersifat formal maupun informal dalam segala tingkatan. Memberikan kesempatan kepada tiap individu untuk mengembangkan kreativitasnya, sebagai pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar, dan untuk mendukung serta berpartisipasi dalam kegiatan pemberantasan buta huruf untuk semua umur. Hal ini juga untuk menjadikan Bandung sebagai kota buku pada 2017. Salah satu agendanya memperbanyak budaya membaca dengan konsep desentralisasi (kecil-kecil tapi banyak). Sehingga kini perpustakaanya yang mendekat ke masyarakat.

Dompet Dhuafa turut ambil peran pada project pertama micro library. “Ini adalah upaya kita bersama-sama mengembangkan pendidikan bangsa dan kualitas sumber daya manusia. Prinsipnya Dompet Dhuafa senang sekali turut andil dalam program ini. Mudah-mudahan kerja samanya dapat ditingkatkan kedepannya. Kami menyambut baik dan berharap Miclib dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga berguna serta menjadi amal baik bagi kita semua, yang mana juga bentuk pertanggung jawaban kami kepada para donatur,” kata Ahmad Juwaini, Presiden Direktur Dompet Dhuafa, ketika ditemui di Taman Arjuna pada peresmian Miclib.

Micro library dibangun di atas tanah seluas sekitar 28 M2. Bangunan berlantai dua ini didesain dengan mengusung konsep ramah lingkungan. Ember eskrim bekas dijadikan dinding pada lantai dua. Ruang di lantai dua tetap terasa sejuk karena sebagian dari ember eskrim bekas tersebut dilubangi. Ember eskrim tersebut lalu disusun membentuk pola dalam binary code. Ketika dilihat dari luar, pola ember eskrim ini bisa dibaca dengan pesan “Buku adalah jendela dunia”.

Selain itu, perbedaan micro library dengan perpustakaan pada umumnya adalah tempat ini sekaligus menjadi ruang kegiatan masyarakat pada lantai satu. Semoga dengan kehadiran micro library ini anak-anak di Kelurahan Arjuna dan Bandung semakin gemar membaca buku. (Dompet Dhuafa/Erni)