Minimnya Sosialisasi, Jadi Penyebab BPJS Kurang Diminati di Tangsel

“Kepemilikan kartu BPJS Kesehatan di Tangerang Selatan hanya 5,7 % dan kartu jamkesda 12,3 %, sedangkan kartu jamkesmas oleh Penerima Bantuan Iuran (PBI) mencapai 58,8 %. Bila dilihat kepemilikan kartu BPJS masihlah sangat minim,”ujar Fanar Syukri, Peneliti Madya LIPI, saat menyampaikan hasil riset pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bagi masyarakat PBI di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tahun 2014, pada Kamis (26/2), di Jakarta.

Hasil riset penelitian tersebut merupakan kerja sama antara Dompet Dhuafa dengan Relawan Advokasi Subsidi (ReADi), yang dilakukan selama 3 bulan, mulai 1 Oktober hingga Desember 2014, dengan pembiayaan oleh Dompet Dhuafa.

Dalam kesempatan tersebut, Fanar lebih lanjut menyampaikan, dari kelompok pemilik kartu kesehatan, 32,2 % telah memanfaatkan kartunya untuk berobat di Puskesmas (76%). Selain rumah sakit, puskesmas menjadi provider kesehatan utama dalam program BPJS.

“Yang puas dengan pelayanan kesehatan adalah 43,6%, yang merasa cukup puas 41,4 % dan yang kurang puas ada 15,0 %. Kepuasan masyarakat jelas masih cukup tinggi untuk layanan kesehatan pemerintah,” paparnya.

Untuk itu, kata Fanar, harus ada upaya yang lebih dalam meningkatkan pemerataan layanan kesehatan Program BPJS di wilayahTangsel. Beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut terjadi di antaranya, minimnya sosialisasi terhadap program BJPS ke telinga masyarakat, kesulitan akan registrasi kartu kesehatan dan juga saat menggunakannya.

“Para responden menerima informasi tentang BPJS Kesehatan dari para Ketua RT (68 %) dan dari para Kader kesehatan (13,3 %), sedangkan informasi dari Puskesmas hanya 6,2 % saja,” tambahnya.

Di lain pihak, Risman, Perwakilan dari BPJS Tangerang Selatan, menuturkan, kemudahan masyarakat untuk mendaftar dan bergabung dengan layanan BPJS sudah semakin terlihat. Menurutnya, tidak hanya rumah sakit, Tangsel sendiri telah memiliki 25 puskesmas dan 17 klinik kesehatan yang sudah terdaftar dalam Kementerian Kesehatan, telah berintegrasi dengan program BPJS Kesehatan.

“Sebenarnya sudah terlihat banyak kemudahan. Apalagi sekarang lembaga kemanusiaan seperti Dompet Dhuafa juga sudah berupaya membantu dalam pendataan kaum dhuafa, saya rasa ini akan mempermudah pemerataan program BPJS ini,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, General Manager Divisi Advokasi Dompet Dhuafa, Sabeth Abilawa menuturkan, peran Dompet Dhuafa sebagai lembaga kemanusiaan semoga semakin mempermudah pemerintah kota setempat dalam hal meningkatkan pemerataan program BPJS Kesehatan di wilayah Tangsel.

“Selain sosialisasi, Alhamdulillah Dompet Dhuafa juga mendirikan rumah sakit Rumah Sehat Terpadu (RST) yang juga telah bergabung menjadi provider BPJS Kesehatan,” pungkasnya. (uyang)