Misna, Mencoba Bertahan dalam Ujian Kehidupan

Ada sebuah peribahasa mengatakan “Kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah.” Peribahasa tersebut memiliki makna bahwa kasih sayang yang diberikan oleh seorang ibu akan abadi sepanjang masa, sedangkan kasih sayang seorang anak kepada ibu dapat diukur dan bahkan hanya sepanjang galah.

Peribahasa itu tampaknya mewakili apa yang dirasakan oleh Misna (52). Wanita paruh baya yang harus menghabiskan masa tuanya di gubuk sederhana yang juga digunakan untuk keperluan usaha jual sayurnya. Gubuk tersebut berada di Jalan Salak 4 RT.04/03 Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan. Hanya terdapat bale bambu yang menjadi saksi bisu kesendiriannya.

Misna bukannya tak memiliki rumah, rumahnya sekarang ditempati oleh anak bungsu, Nuh (33), beserta istrinya. “Biarin aja dah Emak yang ngalah,,abis ga enak juga rumah sempit buat rame-rame. Daripada mereka ngontrak.” ujar wanita yang akrab disapa Mpok Gamis ini.

Sikap dan pengorbanan Misna memang luar biasa. Di usia yang mulai senja seharusnya ia menikmati segala yang ia miliki. Namun, hal itu ia urungkan demi kebahagiaan kedua anaknya yang telah menikah. Pengorbanan Misna dilakukan bukan hanya kali ini saja. Rumah hasil jerih payahnya bersama suami terpaksa ia jual demi membiayai pengobatan suami dan menebus si bungsu yang saat itu sedang terjerat kasus hukum.

Namun sungguh malang nasibnya,   rumah yang sedianya ia jual demi keperluan keluarga, ditipu mentah-mentah oleh seorang calo. Harga jual yang ia tetapkan hanya dibayar setengahnya. “Waktu itu Emak bingung bapak sakit, si Nuh lagi kena masalah. Jadinya Emak gak sempat mikir, gak taunya harga rumah jauh banget. Emak juga ga bisa berbuat apa-apa,” ratap Misna

Untuk menyambung hidup, Misna kini berdagang sayur di depan gubuknya. Ia memang dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai pedagang. Dahulu ia memiliki warung kecil yang komplit menjual kebutuhan pangan warga. Warung yang ia miliki cukup ramai dikunjungi warga hingga ia sanggup untuk menyekolahkan kedua anaknya hingga sekolah tingkat atas. Sayang itu hanya kenangan manis Misna di masa lalu yang sebenarnya ingin sekali ia ulang. 

Misna tak ingin terlarut dalam kesedihan dan meratapi nasib. Jiwa kemandirian dalam usaha seolah tak pernah luntur meski cobaan hidup terus datang bertubi-tubi. Dengan modal seadanya ia coba untuk menjual sayur. Ia berpikir meski sudah beberapa warga yang menjalankan usaha serupa, ia tak patah semangat untuk tetap melakukannya. Karena ia beranggapan bahwa kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang paling dicari oleh semua orang dan setiap hari harus dipenuhi. 

Usaha yang dilakukan Misna bukan tanpa hambatan. Seringkali dagangan yang jajakan tak laku dijual dan membusuk seiring waktu. Hal ini ia akui karena belum banyak yang mengetahui jika ia berdagang sayuran, masyarakat sekitar lebih mengenalnya sebagai pemilik warung jajan.

Satu hal yang harus disyukuri ditengah terpaan ujian hidupnya. Misna masih mendapatkan perhatian dari menantu-menantunya. Belum lama ini, ia disewakan rumah oleh sang menantu yang tak tega melihat mertuanya hanya tidur di gubuk. “Alhamdulillah Emak masih diperhatiin sama anak-anak,” ucap Misna dengan penuh rasa syukur.

Kini, Misna harus bersabar untuk dapat memulai usahanya kembali setelah modal yang ia punya habis terpakai untuk biaya berobat si sulung di Rumah Sakit dan membayar sewa kontrakan. “Anak-anak saya bilang, sabar ya Mak, Insya Allah bulan depan udah ada uang,” ujar Misna seraya berharap.

Berhari-hari ia menunggu rezeki yang diharapkan namun hal itu belum jua terwujud. Meski di gubuknya hanya tersisa beberapa bungkus bumbu penyedap rasa, Misna hanya bisa memaklumi kedua anaknya memang sedang dalam kesulitan. Ia juga tak berharap lebih kepada anak-anaknya dan berharap agar Allah membuka pintu rezeki lain dari arah yang tak disangka-sangka seperti Janji Allah yang ada dalam surat At-Thalaq ayat 2.

Janji Allah adalah benar. LPM Dompet Dhuafa menjadi washilah (Perantara) bagi Misna untuk mengurangi beban hidupnya. LPM menyalurkan amanah dari para Donatur untuk Misna agar dapat memulai usahanya kembali seraya berharap bisa berdaya seutuhnya.

“Terima kasih sama Donatur Dompet Dhuafa atas bantuannya, Insya Allah saya gunakan sebaik-baiknya,” ucap wanita asli Pamulang ini.

Dari Misna kita belajar bahwa manusia haruslah menghormati dan menyayangi ibu semasa ia hidup. Karena selama ibu kita masih hidup niscaya ia akan mengorbankan segalanya demi kebahagiaan anak-anaknya. Semoga pengorbanan Misna selama ini menjadi bekal ia di akhirat kelak. (LPM Dompet Dhuafa/Rifky)

 

Editor: Uyang