Mudamu, untuk Apa Kau Gunakan?

Oleh: Losa Priyaman, Direktur Keuangan dan Umum Dompet Dhuafa

“Pemuda mesti dinamis, mesti berpikir progresif, bergerak maju, jika tidak, maka akan digiling, digilas oleh sejarah.” Begitulah kira-kira petikan pidato Soekarno di hadapan pemuda dan pelajar di Surakarta pada tanggal 11 Juli 1960. Soekarno sangat memahami bahwa pada diri pemuda tersimpan potensi yang luar biasa. Pemuda adalah pelopor perubahan, motor utama transformasi sosial, inspirator dengan gagasan dan pikirannya serta kekuatan pendobrak kebekuan dan kejumudan masyarakatnya. Tidak berlebihan bila di kesempatan lain Soekarno mengatakan, “Beri aku sepuluh pemuda, akan ku guncang dunia”.

Sejarah mencatat bahwa melalui tangan-tangan pemuda lah perubahan terjadi. Deklarasi kemerdekaan Republik Indonesia tidak terlepas dari peran pemuda Indonesia. Kala itu, para pemuda lah yang berani menumbangkan rezim diktator, mengganti orde lama menjadi orde baru hingga pada saat ini kita berada di era reformasi. Sejarah mengakui bahwa pemuda adalah agent of change.

Dalam sejarah Islam, kita menjumpai pemuda-pemuda yang namanya terukir dengan tinta emas. Mereka layak menjadi teladan bagi pemuda generasi saat ini. Apalagi, pemuda saat ini membutuhkan figur panutan. Seperti pemuda Ibrahim yang tumbuh di lingkungan masyarakat penyembah berhala. Ia menegakkan nilai-nilai tauhid justru di tengah dominasi dan hegemoni paham paganisme seorang diri. Kalau bukan kesabaran dan keyakinan yang terpatri di dalam hatinya mustahil misi suci ini bisa diwujudkan.

Atau kisah pemuda Al-Kahfi, sebutan bagi para pemuda yang berdiam di gua, yang menyeru kepada ketauhidan di tengah masyarakatnya yang rusak. Dengan kekuasaan Allah SWT, mereka diselamatkan. Allah SWT menidurkan mereka selama 309 tahun di dalam gua.

Pun demikian pula dengan Nabi kita, Muhammad sallallahu alaihi wasallam diangkat menjadi Rasul tatkala berada dalam puncak usia produktif, usia muda. Sosok pemuda bernama Muhammad yang dengan kelembutannya menghancurkan kejahiliyahan, yang dengan kasih sayangnya menghapuskan perbudakan, menyelamatkan manusia dari kebobrokan nilai-nilai kemanusiaan.

Demikian pula masyarakat yang menyambut dakwahnya adalah para pemuda, mereka menyambut kebenaran yang dibawa oleh Nabi SAW dan menjadi agen-agen perubahan dunia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, keadilan, persaudaraan serta kasih sayang sesama manusia.

Dan di era teknologi infromasi dan komunikasi digital saat ini, kita mengenal Mark Zuckerberg, pencipta situs jejaring sosial Facebook, saat itu usianya baru 19 tahun, atau pendiri YouTube, mereka adalah Steve Shih Chen (Taiwan, Province of China-AS), 27 tahun dan Chad Hurley (AS), 28 tahun atau pencipta Yahoo! yaitu Jerry Yang (Taiwan, Province of China-AS), 26 tahun dan David Filo (AS), 28 tahun atau Larry Page (AS) dan Sergey Brin (AS), keduanya merilis Google pada 4 September 1998. Saat itu mereka baru berusia 25 tahun dan 24 tahun, serta masih banyak lagi pemuda-pemuda luar biasa lainnya telah “mengubah” dunia.

Jadi, siapkah wahai Pemuda Indonesia untuk tampil sebagai pelopor yang akan mengubah dunia menjadi lebih baik? Maka inilah nasihat dari Thomas A. Edison. “Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan.”

Dan pada akhirnya kita selalu ingat pesan Nabi SAW, bahwa kita kelak akan ditanya “Masa mudamu, untuk apa kau gunakan?”