Noor Sabah, Empati dari Mantan Pengungsi

JAKARTA– Usianya masih enam tahun kala Afghanistan tengah berkonflik. Perang yang terjadi di sana  membuat Noor Sabah Nael terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya itu. Selama dua belas jam di bawah terik sinar matahari, tanpa makanan dan air. Ia beserta sang ibu berjalan kaki meninggalkan Afghanistan untuk mengungsi. Awalnya ke Pakistan, lalu ke Iran. Ia tinggal di sana selama lima tahun.

Pertemuannya dengan UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) ketika kembali ke Pakistan lah yang menentukan masa depannya. Melalui UNHCR, Noor dibawa ke Norwegia, salah satu negara makmur di utara Eropa. Di sanalah ia tumbuh besar dan melanjutkan pendidikan. Di sana ia aktif dalam aktivitas kemanusiaan. Di Norwegia pula, sarjana bioteknologi ini mendapat jodoh dengan seorang diplomat, Stig Traavik.

Menjadi istri seorang diplomat membuat Noor harus menemani suaminya bertugas ke berbagai negara, salah satunya Indonesia. Sejak 2012 ia tinggal di Jakarta karena suaminya menjadi duta besar Norwegia untuk Indonesia.

Walau sudah menjadi istri duta besar, kenangan menjadi pengungsi di  masa kecil tak pernah Noor lupakan. Oleh karena itu dua tahun sejak tinggal di Jakarta, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu bagi pengungsi, khususnya anak-anak di negara-negara Timur Tengah yang sedang berkonflik. Penderitaan anak-anak pengungsi tanpa sandang, pangan, dan papan yang layak membuat Noor mengumpulkan donasi melalui sebuah konser anak-anak (Voice of Children) pada tahun lalu.

Noor pun sadar bahwa ia juga harus melakukan sesuatu untuk anak-anak di tempat ia tinggal sekarang. Oleh karena itu pada tahun ini Voice of Children pun kembali diadakan. Adapun donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pembuatan akta kelahiran bagi anak-anak Indonesia, khususnya di bagian timur. Sebagian lagi digunakan untuk anak-anak pengungsi Rohingya di langsa, Aceh.

Sejumlah artis ibu kota akan mengisi acara. Mereka juga akan melakukan aksi donasi dengan cara mereka masing-masing. Gita Gutawa misalnya, ia tidak akan menyanyi kalau belum terkumpul 1000 buku tulis. Selain itu ada juga pagelaran busana dimana seorang desainer muda bernama Rafi Ridwan yang akan melelang salah satu karyanya dan hasilnya akan disumbangkan kepada Dompet Dhuafa dan UNHCR.

Di mata Noor, semua anak-anak adalah sama. “Anak-anak mana yang akan saya bantu tidak dipandang dari agama mereka. Anak adalah anak tanpa ikatan agama apapun. Yang penting untuk semua anak”, katanya saat ditemui beberapa waktu lalu. (Dompet Dhuafa/Erni)