Panen Madu Hutan Di Ujung Kulon

UJUNG KULON — Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Tatar Pasundan bagian paling barat Pulau Jawa. Beberapa jenis satwa endemik penting dan langka berada di sana. Salah satu endemik penting yang dilindungi di Taman Nasional Ujung Kulon adalah Badak Jawa. Selain sebagai lokasi pelestarian, TN Ujung Kulon ternyata memiliki potensi penghasil madu hutan berkualitas.

Menurut Eman Sulaeman, Pendamping Petani Madu Dompet Dhuafa, pada tahun 2012, petani setempat menghasilkan Madu Hutan sebanyak 40 Ton. Namun kini tren panen terus menurun dari tahun ke tahun. Banyak Petani madu yang memanen madu dengan memangkas habis sarang lebah sehingga populasi lebah penghasil madu terus menurun. Hal ini tentu berdampak dengan menurunya penghasilan para petani madu.

Dompet Dhuafa sebagai lembaga sosial terkemuka di Indonesia yang menjadi pengelola dana zakat yang salah satunya untuk pembardayaan ekonomi. Dompet Dhuafa melakukan pendampingan mulai dengan melakukan peningkatan kapasitas panen dan pasca panen. Sebelum program Dompet Dhuafa berjalan, petani setempat memangkas semua sarang termasuk anakan yang berfungsi sebagai pemicu berkembangbiaknya lebah.

“Kita coba ajarkan kepada petani untuk mengambil bagian madunya saja. Teknik ini kita namakan Panen Lestari, dengan menerapkan teknik Panen Lestari di musim panen dalam waktu dua minggu madu dapat di panen kembali. Teknik lestari juga menjaga populasi lebah hutan untuk terus berkembangbiak. Karena lebah adalah agen penyerbukan yang paling besar dan bagian utama dalam ekosistem hutan,” tutur Eman Sulaeman saat mengantarkan tim Dompet Dhuafa menyaksikan proses pemanenan dengan teknik Panen Lestari, Jumat (4/9).

Kualitas madu sebelum bergulirnya program Dompet Dhuafa hanya asal saja. Masyarakat mengeluarkan madu dari sarang dengan cara diperas tangan. Sehingga bercampur dengan polen, anakan dan banyak kotoran lainnya. Cara ini membuat madu tidak steril dan cepat menimbulkan fermentasi. Dompet Dhuafa memberi pelatihan peningkatkan mutu madu dengan teknik pasca panen higinis, yaitu dengan cara mengiris sarang madu dan dibiarkan madu keluar di atas wadah kain saring.

Pogram pendampingan petani juga melakukan penanaman bibit tanaman yang mengandung Nektar (sari bunga) untuk dihisap oleh lebah. “Kita coba mensinergiskan menjaga hutan dengan menanam tumbuhan dan memanen madu untuk di manfaatkan warga,” Ujar Eman Pedamping Petani Madu Dompet Dhuafa.

Sumber Nektar terbanyak di TN Ujung Kulon ada di pohon salam, kawao, siegung, dan masih banyak lagi. Mungkin ada sekitar 28 macam pohon penghasil Nektar. Sekali periode panen, rata-rata menghasilkan madu di atas 5 ton. Dahulu distribusi hasil panen sangat tergantung dengan tengkulak. Sekarang Petani dilatih dan difasilitasi untuk membangun alternatif pasar dengan harga yang lebih bersaing. Tahun 2014 madu dari Ujung Kulon berhasil diekspor ke Selangor, Malaysia sebanyak setengah ton, tahun 2015 ini ada kontrak baru dengan salah satu perusahaan(oriflame) dengan nilai 10.000 botol yang setara dengan omzet sekitar Rp. 700 juta.

Program Dompet Dhuafa sekarang sudah ekspensi ke tiga desa lain yaitu, Desa Tamanjaya, Cigurondong dan Tunggaljaya. “Kita harap desa-desa lain mampu menerapkan teknik Panen Lestari untuk mendongkrak dan memaksimalkan hasil panen,” pungkas Eman.

Selain pelatihan teknik Panen Lestari dan pasca panen higinis, program pendampingan Dompet Dhuafa juga memberikan latihan pembuatan bipolen, pembuatan pelembab bibir, dan pelatihan perencanaan bisnis. Dengan terus berkembangnya pengetahuan masyarakat setempat, diharapkan petani madu di Ujung Kulon dapat tumbuh bersama untuk terus berproses menjadi mandiri dan berdaya. (Dompet Dhuafa/M. Ihsan)