Para ?Kartini Mandiri? Tumbuh Bersama Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa (part 2)

Neneng Sukmawati, penerima manfaat Dompet Dhuafa pada program Masyarakat Mandiri (MM). Meski keterbatasan fisik, Neneng mampu bangkit mandiri mencukupi kebutuhan hidupnya. (Foto: Dompet Dhuafa) 

Selain Winarti, sosok “kartini mandiri” lainnya datang pada sosok Neneng Sukmawati, penerima manfaat pada program Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa.

Meski ditakdirkan menjadi penyandang difabilitas sejak lahir, tak membuat Neneng Sukmawati (33), surut langkah dalam menjalani hidup. Hari demi hari pun ia jalani dengan berbagai usaha, meski memiliki keterbatasan fisik, baginya semua itu bukanlah penghalang untuk tetap melanjutkan hidup.

Perempuan yang akrab disapa Neneng ini, menghabiskan masa kecilnya di Karawang sampai lulus SD. Memasuki awal 1999, Neneng berkeinginan untuk hidup mandiri dan tidak bergantung kepada keluarganya. Ia pun menjadi penghuni Panti Sosial Bina Daksa Satria Utama di Cengkareng Jakarta Barat.

Di tahun 2008 Neneng risau dengan kondisi dirinya, ia ingin bisa hidup mandiri, ingin bekerja menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selama ini biaya hidup sehari-hari ditopang oleh kakak angkat dan keluarga yang lain. Suatu ketika Neneng mendapat info, ada seorang difable bernama Paini, tinggal di Bekasi yang siap menampung penyandang difable lain yang ingin belajar untuk bisa hidup mandiri.

Paini memiliki usaha berjualan makanan ringan dan makanan olahan dengan memberdayakan kaum difable lain. Paini memberi tempat tinggal dan makan gratis di rumah kontrakannya di daerah Rawa Lumbu Bekasi. Selama 1.5 tahun Neneng ikut menumpang hidup di Rumah Paini. Dengan berbekal ketrampilan menjahit yang diperoleh di Panti dulu Neneng mulai membuka usaha jahit kecil-kecilan.

Sampai kemudian di April 2013 Dompet Dhuafa melalui Masyarakat Mandiri mengadakan program Pendampingan Ekonomi Komunitas Difable. Melalui program pendampingan ekonomi untuk komunitas difable ini, Neneng mendapatkan bantuan modal senilai 3 juta Rupiah. Ini digunakan untuk membeli mesin jahit baru beserta perlengkapannya yang disetting khusus untuk penyandang difable seperti Neneng.

Program ini juga menfasilitasi Neneng dan teman-teman difable dalam peningkatan kapasitas melalui kegiatan pelatihan seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan managerial koperasi dan pelatihan pengeloaan aneka usaha. Dengan adanya pendamping mandiri yang tinggal di komunitas, Neneng juga merasakan kebahagiaan tersendiri.

“Saya bisa curhat seakan seperti keluarga sendiri, saya juga merasakan saya ini dibantu tetapi mereka (Dompet Dhuafa dan para pendamping) tidak pernah merendahkan saya dalam posisi orang yang dibantu. saya terus dimotivasi agar kelak usaha saya maju dan berkembang,” ungkap Neneng.

Melihat semangat kepedulian yang ditunjukkan para ibu tangguh penerima manfaat program pemberdayaan Dompet Dhuafa ini, seharusnya menjadikan cambuk bagi negeri ini terutama pemerintah dalam mewujudkan mimpi-mimpi mereka layaknya seorang warga negara terhormat. Semoga saja, usaha dan ikhtiar “Kartini Mandiri” mampu menjadi suntikan semangat, bagi para ibu tangguh di luar sana untuk mampu berdaya. (uyang)