Paruh Baya, Bayah Terus Produktif

Siang itu, tangan Bayah Laim (58) cekatan meramu minuman segar berwarna. Dengan bantuan blender, sekejap minuman segar tersaji untuk sang pembeli. Aktivitas tersebut merupakan keseharian Bayah. Rumahnya yang dijadikan warung tersebut selalu ramai dengan kerumunan siswa yang ingin membeli minuman ataupun jajanan sebelum dan setelah sekolah.

Warung yang dibukanya sejak pagi hingga malam hari selalu ramai dikunjungi anak-anak sekolah karena lokasinya yang berdekatan dengan salah satu SMP di Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
“Emang untungnya nggak seberapa jualan makanan anak-anak, tapi Alhamdulillah, emak masih bisa dapat duit buat kebutuhan hidup,” ujarnya.

Baiyah kini hanya tinggal bersama seorang keponakannya karena anak-anaknya sudah menikah dan memilih hidup mandiri masing-masing. Meski sedari kecil hingga kini ia masih tidak bisa membaca dan menulis, namun tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap produktif di hari tuanya. Ia berusaha berjuang sendiri, dan tidak ingin menyusahkan siapapun termasuk keponakannya, meski sang ponakan sudah bekerja.

“Mau ngapain lagi, udah tua, anak-anak udah pada berumah tangga, Alhamdulillah waktu muda juga udah pergi haji. Tinggal mau ngaji aja sama sholat, pagi sampai siang jualan. Tapi jualannya jangan sampai ganggu ibadah,”tuturnya.
Meski anak-anaknya yang sudah berumah tangga jarang menjenguknya, perempuan paruh baya ini mengaku tidak merasa kesal dan marah terhadap anak-anaknya. Baginya, kebahagiaan anak-anaknya merupakan hal utama yang membuat hidupnya menjadi tenang.

“Nggak mau nyusahin anak, biar anak-anak pada bahagia saya juga ikut bahagia,” ungkap Baiyah sambil berkaca-kaca.

Kini, di usianya yang semakin menua, ia masih memiliki harapan dan impian terkait warung jajan sederhananya itu. Baiyah ingin sekali menambah jenis jajanan yang dijajakannya, namun ia tidak memiliki modal yang cukup.
“Iya, saya pengen dapat pinjaman modal buat nambah dagangan saya, kadang anak-anak suka bosen sama jajanannya, tapi saya nggak tau mau pinjam ke siapa,” terangnya.

Akhirnya, apa yang diharapkan janda beranak 5 ini pun terwujud. Pertengahan Februari 2013 lalu, ia mendapatkan pinjaman modal usaha dari Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa sebesar Rp. 1.000.000. Dana yang diperolehnya dipergunakan untuk menambah jenis jajanan yang ada di warungnya.

Saat ini Baiyah dalam tahap pinjaman yang kedua dengan akad perjanjian murabahah. Pinjaman keduanya lancar dan sudah masuk bulan keempat dari total sepuluh bulan waktu pembayaran.“Alhamdulillah, pinjaman pertama sudah saya manfaatkan buat nambah jenis dagangan, untuk pinjaman kedua niatnya saya mau beli kulkas buat bikin es batu,” jelasnya.

Ingin tetap hidup mandiri dan dibarengi dengan ibadah, itulah contoh sikap baik yang dapat kita tiru dari nenek 10 orang cucu ini. Semoga kita dapat meneladaninya dalam kehidupan di masa depan saat usia kita tak lagi muda. (uyang/gie)