Pastikan Kuota Terpenuhi, Saatnya Kembali Jualan Sapi (Cerita Bagian 2, -selesai)

ROTE, NUSA TENGGARA TIMUR — Di atas pesawat saya kembali menuliskan cerita ini. Di samping sosok ibu yang beraroma harum lengkap dengan keriput di wajahnya, dan perhiasan emas nan mengkilat. Kilaunya tidak bisa bohong, merangsang saya untuk menaksir harga belasan juta untuk perhiasan tersebut.

Seketika saya kembali teringat akan kopi terakhir racikan Hajjah Halimah di tanah Rote. Hitam, benar-benar pekat, harum dan kental citarasanya. Sembari saya melihat kulit di tangan yang mulai menghitam. Namun saya masih cukup tenang, ada yang lebih hitam. Mereka adalah anak-anak Rote yang selalu ceria bermain dan bersahabat dengan matahari bersuhu 43 derajat Celcius.

Emas dan hitam kawan. Saya kembali, untuk mengajak saudara bergelang emas lainnya menitipkan kurban kepada anak-anak dan kakak-kakak di Rote, maupun pelosok negeri lainnya. Mereka yang berharap, demi makan daging setahun sekali.

Kini usai tugas saya untuk mengukur dan memastikan kuota sepuluh sapi untuk tanah Rote. Sekarang, saatnya kembali, untuk jualan sapi dan memenuhi kuota kurban di ujung negeri tersebut. Dengan hanya Rp.13.500.000,- ditawarkan harga untuk seekor sapi dari program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa. Harga yang pas untuk mengelola gerakan kebaikan ini.

Saya pulang, untuk kembali jualan sapi. Sembari menyimpan kenangan senyum anak-anak di Rote saat bercengkrama kemarin. Penjelajahan pun usai, dan kembali jualan sapi dalam semangat KURBANESIA, berlimpah keberkahan. Sampai jumpa kembali Rote, salam hangat dari ibukota. (Dompet Dhuafa/Boy Mareta)