Penggunaan Jenis Masker dalam Kondisi Kabut Asap

TANGERANG SELATAN — Selama lebih dari dua bulan atau saat berita asap yang menyelimuti sebagian besar Pulau Sumatera dan Kalimantan, kita akrab mendengar kata masker. Kita pun akrab dengan berita berbagai lembaga memberikan masker secara gratis untuk warga di sana. Saudara-saudara kita di kedua pulau tersebut harus mengguakan masker ketika beraktivitas di luar ruang.

Asap hasil dari kebakaran hutan sendiri terdiri atas komponen GAS ( CO, CO2, NOx, SOx, Ozone dan lainya), PARTIKULAT (PM10, PM2.5, Ultrafine particles) dan UAP. Masing-masing komponen tersebut memiliki dampak terhadap kesehatan.

“Hingga saat ini tidak ada satu jenis masker pun yang dapat memproteksi semua komponen gas dari asap kebakaran hutan,” kata pengurus pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR, dalam ulasan penggunaan masker.

Ketika asap mulai menjadi udara sehari-hari untuk dihirup akibat kebakaran hutan seperti ini, penggunaan masker mutlak diperlukan. Masker ataupun respirator didesain untuk mengurangi pajanan partikulet (PM) atau paparan partikel asap. Penggunaan masker tidak bisa sembarangan.

Ada beberapa jenis masker atau respirator (alat yang ditutupkan ke hidung atau mulut untuk membantu pernapasan-KBBI online-red). Beberapa jenis yang sering kita dengar saat kebakaran hutan ini adalah masker bedah dan N95. Penggunaan masker bedah pada kasus kebakaran hutan memiliki manfaat untuk mengurangi pajanan masuknya partikel ke dalam saluran nafas. Masker bedah didesain sebagai filter partikel yang besar tetapi tidak untuk partikel yang kecil, penetrasinya sekitar 60-70% partikel masih dapat masuk ke saluran nafas.

Masker N95 mampu menghalangi 95% partikel yang masuk (terutama PM10), dengan catatan teknik dan penggunaan yang tepat. Jika digunakan dengan teknik dan cara yang benar, masker N95 dapat mengurangi gejala pernapasan yang timbul akibat pajanan asap kebakaran. Walau begitu, masker N95 didesain hanya untuk 8 jam. Penggunannya pun hanya untuk di luar ruang (outdoor). Beberapa orang yang tidak dianjurkan menggunakan masker ini yaitu anak-anak, ibu hamil, orang lanjut usia, dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronik.

Hingga saat ini penelitian tentang penggunaan berbagai jenis masker pada kondisi kebakaran hutan masih terus berjalan. Apapun masker yang digunakan, semoga warga tetap bisa beraktivitas walau dengan kondisi udara yang tidak mendukung. (Dompet Dhuafa/Erni)

Donasi Korban Asap Sumatera & Kalimantan