Perjuangan Penjual Sayur Keliling Demi Kesembuhan Suami

BOGOR — Di sisi ranjang RS Rumah Sehat Terpadu DD, terdapat seorang ibu tua renta tengah duduk mendampingi sang suami yang terkulai di atas ranjang. Jamhari, sang suami, saat itu sedang melakukan tindakan cuci darah atau hemodialysis. Sudah dua bulan Jamhari menjalani aktivitas ini. Meski harus selalu menunggu sang suami, tidak ada sedikitpun raut kelelahan yang tampak dari wajah Suminih. Ia menemani Jamhari dengan senang dan sepenuh hati.

Jamhari kini mengalami penurunan fungsi ginjal. Gejala yang sering ditunjukkannya ialah sesak napas. Dengan gejala yang demikian, tetangga Suminih menyarankan untuk berobat ke Layanan Kesehatan Cuma-Cuma(LKC). Sepasang suami istri ini sudah menjadi anggota RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa sejak lima tahun yang lalu.

Wanita yang kini berusia 65 tahun ini berpenghasilan hanya dengan berdagang sayuran keliling setiap hari untuk menafkahi keluarganya. “Jam enam saya pergi ke bulakan atau kebun sayuran dan menjajakannya pukul tujuh pagi.Karena kalau kesiangan sayuran tidak akan laku,” ujar wanita kelahiran Indramayu dengan logatJawa yang sangat kental. Suminih menjajakan berbagai sayuran seperti kangkung, bayam, dan lalapan lainnya. Ia pun biasanya dapat menjual sayuran 15 hingga 20 ikat.

Tidak hanya Suminih saja yang berjuang untuk keluarganya. Suparno, anak keempatnya juga melakukan pengorbanan yang tidak kalah besarnya. Ia memilih untuk bekerja serabutan dibandingkan pekerjaan tetap. Hal ini dilakukannya agar sang ayah, Jamhari, dapat tetap dijaga oleh Suparno. Selain itu, anaknya pun sesekali memberikan bantuan untuk kehidupan sehari-hari bagi keluarga. Akan tetapi, Suminih tidak ingin mengandalkan anaknya saja. Ia juga terus berjuang untuk keluarganya.

Suminih selalu mengantarkan sendiri suaminya jika ingin melakukan cuci darah di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Ia menggunakan keuntungan dari hasil penjualan sayurannya untuk ongkos angkutan umum dan keperluan lainnya. Padahal, keuntungan menjual sayuran pun tidak seberapa, hanya seribu rupiah saja. Namun Suminih sangat mensyukuri hal tersebut. Baginya menjual sayuran saja sudah cukup untuk menyambung kehidupan keluarga.

Suminih bercita-cita untuk membuka usaha berdagang jika rumahnya tepat di pinggir jalan. Sayang, impiannya tidak dapat terlaksana pada saat ini, sebab kediamannya berada di sudut jalan dan terhalang oleh rumah-rumah lainnya. Semoga suatu saat nanti, impian Suminih dapat terkabul dan Jamhari pun dapat meraih kesembuhannya. (Dompet Dhuafa/Diba Amalia)