Nasip Priyanto (memegang kambing) salah seorang peternak binaan Dompet Dhuafa. (Foto: Dokumentasi Kampoeng Ternak Nusantara Dompet Dhuafa)
Keringat keluar deras dari pori-pori wajah Nasip Priyanto siang itu kala mengurusi ternak kambing miliknya. Meski berhujan peluh, gurat senyuman kerap diumbar pria berumur 29 tahun tersebut. Maklum, siang itu merupakan hari Tasyrik (hari disunahkan menyembelih hewan kurban setelah Idul Adha). Sebagai seorang peternak kambing, Hari Raya Kurban adalah masa “panen” bagi Nasip.
“Rata-rata sekitar 150 ekor kambing ternak bisa terjual,” terang Nasip.
Kebahagiaan Nasip semakin bertambah. Pasalnya, daging kurban yang berasal dari kambing ternaknya dibagikan kepada masyarakat dhuafa melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa. Bagi Nasip, ini menjadi keuntungan tambahan. Ia menikmati kepuasaan lain saat daging kurban bisa dinikmati golongan kurang mampu.
Nasip memang rutin menyuplai kebutuhan hewan ternak untuk program THK Dompet Dhuafa di Provinsi Lampung setiap Hari Raya Kurban. Hal tersebut tidak lain lantaran Nasip merupakan salah satu peternak binaan Kampoeng Ternak Nusantara (KTN) Dompet Dhuafa di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
Nasip menuturkan, ia bergabung dengan KTN Dompet Dhuafa tahun 2007. “Sebelumnya saya kerja serabutan. Gak jelas lah. Alhamdulillah ikut gabung Kampoeng Ternak, sekarang udah jelas jadi peternak,” ujarnya.
Awal bergabung dengan KTN Dompet Dhuafa, Nasip mengaku harus mengikuti pelatihan awal selama sepekan penuh. Dengan sungguh-sungguh, Nasip mengikuti pelatihan tanpa alpa satu hari pun. Setelah itu, ia pun mendapatkan bantuan modal ternak sejumlah 3 ekor kambing bakalan untuk penggemukan, 2 ekor induk betina dan 1 ekor jantan.
Masa-masa awal menjadi peternak, aku Nasip, adalah masa penuh perjuangan. Hingga tahun 2009, alih-alih kambing-kambing miliknya berkembang biak, Nasip mendapati kambing-kambingnya berpenyakit dan mati.
Namun, Nasip tidak menyerah begitu saja. Kegagalan yang ia alami malah memacu dirinya untuk terus belajar. “Itu pengalaman. Saya jadi tahu di mana kesalahan saya. Semakin membuat saya terus belajar. Pelatihan-pelatihan dari Kampoeng Ternak saya perhatikan betul,” ungkap peternak yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama ini.
Selepas kegagalan yang terjadi di awal masa pembinaan, usaha ternak Nasip berjalan mulus. Ia pun bisa mengembangbiakan kambing ternaknya. Penjualan kambing Nasip di pasar pun relatif lancar. Tidak jarang pula ia menerima permintaan hewan ternak dari lembaga atau perusahaan dengan jumlah banyak.
Perubahan kondisi ekonomi pun dirasakan Nasip. Setiap bulan, rata-rata ia bisa menjual 3-5 kambing per pekan. Satu ekor kambing ia jual mulai harga Rp 750 ribu. Dari hasil usaha ternak pulalah, pria kelahiran 10 September 1985 ini mendapatkan modal untuk menikahi gadis pujaannya tahun 2012.
Sebagaimana usaha lainnya, usaha ternak Nasip pun mengalami kondisi pasang-surut. Namun, ia bersyukur dan menikmati jalan hidupnya sebagai peternak. “Alhamdulillah, sangat luar biasa. Kami di sini terbantu (program) yang diadakan Kampoeng Ternak ini,” kata Nasip.
Jalan sukses peternak binaan
Pendamping peternak KTN Dompet Dhuafa di Lampung, Sosro Wardoyo (33) mengatakan, Nasip merupakan satu dari beberapa peternak binaan yang berhasil mengubah kondisi hidupnya menjadi lebih baik. Dengan beternak, dari orang yang dibantu mereka berusaha menjadi seorang yang berhasil sehingga bisa membantu orang lain.
“Ada juga teman-teman peternak binaan lainnya sampai bisa menyekolahkan anaknya ke D3 (Diploma 3). Ada yang bisa membeli tanah juga. Alhamdulillah,” beber Sosro.
Sosro mengungkapkan, sejak program KTN Dompet Dhuafa hadir di Provinsi Lampung tahun 2005, sebanyak 323 orang telah menerima manfaat program. Sebagian besar dari mereka memang berlatar belakang peternak, sebagian lainnya tidak memiliki pekerjaan seperti Nasip.
Para peternak binaan KTN Dompet Dhuafa tersebut tersebar di tiga kabupaten, yakni Tanggamus, Pringsewu, dan Sawaran. Didampingi Sosro, para peternak membentuk kelompok dan lembaga koperasi bernama Motivasi Ikhtiar Doa dan Tawakal.
“Dengan model berkelompok ini untuk memupuk semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan berbagi sesama peternak. Saling membantu satu sama lain,” jelas Sosro.
Dari koperasi yang didirikan, para peternak mampu menghidupkan usaha ternak. Lantaran anggota lembaga yang terdaftar badan hukum, para peternak pun dapat mengikuti lelang pengadaan hewan ternak dari pemerintah maupun swasta. Hal ini jelas menjadi ladang keuntungan, selain berjual hewan ternak satuan.
Bagaimanapun, momen tahunan THK diakui Sosro memang menjadi masa para peternak dampingannya mendapat banyak keuntungan. Bahkan enam bulan sebelum Idul Adha, Dompet Dhuafa telah membayar uang muka kepada para peternak.
Senada dengan Nasip, Sosro mengatakan THK merupakan momen yang memberikan berlapis kebahagiaan. Selain diuntungkan karena banyak hewan ternak yang terjual, mereka dapat melihat kebahagiaan warga kurang mampu mendapatkan daging kurban.
“Bagus sekali. Bermanfaat adanya Tebar Hewan Kurban dari Dompet Dhuafa ini. Banyak memberikan manfaat,” pungkas Sosro. (gie)