Putus Sekolah, Pemuda Ini Sukses Jadi Peternak Usai Dibina Dompet Dhuafa

Dika saat memberikan pakan untuk kambing di kandang miliknya. (Foto: Yogi/Dompet Dhuafa)

Nyaris tiap hari saat masih gelap, selepas salat subuh, ia langsung beranjak menuju pekarangan rumah dan mengeluarkan beberapa ekor domba dan kambing yang selama ini ia rawat. Tujuannya adalah pasar di bilangan Parung, Bogor, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya.

Hujan rintik yang turun pagi itu ditambah dinginnya udara pagi tak menyurutkan semangatnya. Di pasar itulah ia menawarkan lima ekor kambing Jawa Randu dan enam ekor domba ekor tipis yang dibawanya hingga pukul 11 siang.

Peternak muda yang lebih menyukai menjual langsung di pasar ini hanya sampai kelas 2 SMP. Namun, putus sekolah tak serta merta putus jalani hidup. Alih-alih terpuruk, ia malah bangkit dan bergerak meniti impiannya untuk sukses dengan memilih menjadi peternak. “Kalau dagang kan biasa ya, kadang laku semua, bahkan harus ambil lagi di rumah. Kadang juga sepi pembeli. Kadang malah rugi dijual jauh dari harga modal,” ungkap Dika.

Namanya Dika Kurniawan (23). Pilihan profesi bagi kebanyakan pemuda seusianya terbilang langka, ia menyemangati dirinya untuk membantu perekonomian keluarga. Ia adalah salah satu mitra Kampoeng Ternak Nusantara (KTN) di klaster Zona Madina, Parung, Bogor, Jawa Barat, yang dikelola Dompet Dhuafa.

Tiga tahun sudah Dika yang hanya sempat duduk di bangku sekolah hingga kelas 2 SMP ini menjadi peternak mitra KTN. Dengan mengikuti proses seleksi, pertama kali ia mendapat bantuan domba dan kambing sebanyak 10 ekor. Kesepuluh kambing bakalan tersebut didapat Dika secara bertahap. Lima ekor ia dapatkan saat awal program bergulir, tiga bulan berselang tambahan lima ekor ia dapatkan. Setiap selesai hajatan Idul Adha pun, Dika dan para peternak binaan KTN lainnya mendapatkan kembali suntikan bantuan 10 ekor kambing bakalan.

Seiring berjalan waktu, jumlah kambing Dika kian banyak. Bahkan di kandangnya pernah terdapat 50 ekor kambing yang siap dijual ke pasar. Ia pun kerap kali diandalkan rekan satu kelompoknya untuk memasarkan domba-kambing mereka karena kepiawaian Dika dalam memasarkan ternaknya. Bahkan, meski usianya paling muda di antara Kelompok Peternak Karya Makmur, ia ditunjuk sebagai ketua kelompok.

Prestasi Dika dalam bidang peternakan bisa dibilang paling mentereng di antara yang lainnya. Ia begitu antusias menyerap ilmu tentang peternakan yang diberikan oleh pendamping KTN selama ini. Dika selalu menjadi andalan manakala ada hewan ternak milik warga yang sakit dan butuh pengobatan. “Mereka minta saya menyuntik kambingnya, Alhamdulillah saya dapat ilmunya di sini (KTN),” tambah Dika.

Bersentuhan dengan dunia ternak, terutama domba dan kambing bukanlah hal baru bagi Dika. Sejak kecil ia memang suka merawat domba dan kambing milik keluarganya. Namun, keseriusannya baru datang ketika ayahnya dipanggil Yang Maha Kuasa ketika ia masih kelas 6 SD.

Meski ia memiliki tiga kakak yang menyanggupi untuk membiayainya sekolah, ia bergeming, tak ingin sekolah. Keputusan Dika tersebut memicu respon beragam. Tak sedikit yang menyayangkan ia putus sekolah. Namun, ia bertekad akan bertanggung jawab atas pilihan hidupnya tersebut.

“Saya tidak ingin membebani abang saya, dia juga kan punya keluarga. Saya lebih memilih untuk beternak. Saya pribadi ada kepuasaan batin dan juga ada segi ekonomi juga terbantu. Peluang bisnis ternak itu besar. Sebagian besar anak-anak muda gak mau untuk terjun di dunia ternak. Saya pacu dan terobos aja,” ujarnya.

Dika mengakui, banyak hal yang bisa ia dapatkan setelah bergabung dengan KTN. Ia yang dulunya hanya mengerti jual beli domba-kambing, kini mengerti bagaimana mengatur kandang, pakan ternak dan kesehatan ternak. Sehingga domba-kambing yang dirawatnya memiliki kualitas yang bagus. Itulah yang kemudian membuat pelanggannya terus bertambah.

“Dulu saya enggak tahu dan tidak berani menyuntik ternak, sekarang bisa,” ujarnya antusias. Bagi Dika, usaha ternak domba dan kambing merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan. Apalagi saat menjelang Idul Adha, ia sangat bersemangat. “Banyak permintaan hewan kurban,” ucapnya. Dika mengatakan, keuntungan yang diperoleh saat Idul Adha berlipat. Dika mampu menjual domba dan kambing hingga 100 ekor.

Mengingat apa yang ia toreh selama ini di bidang ternak, banyak teman sebayanya terinspirasi. Tak sedikit dari mereka belajar langsung soal ternak darinya. Dika menjadi inspirasi bagi kaum muda di kampungnya. Namun, ia mengaku masih berproses dan mesti banyak belajar lagi.

Sebagai seorang warga Desa Jampang Pulo, Dika pun aktif dalam aktivitas kepemudaan desa. Tercatat ia menjadi wakil ketua Persatuan Pemuda Jampang Pulo (PPJP). Di paguyuban tersebut, Dika dan pemuda Jampang Pulo lainnya aktif melakukan aktivitas sosial. Membantu warga yang kesulitan saat sakit melalui penggalangan dana adalah contohnya.

Bagi Dika, nilai kepeduliaan harus tertanam. Dengan nilai kepedulian pula, Dika memiliki cita-cita untuk dapat membantu dan mendorong peternak-peternak lain maju sebagaimana dulu ia mendapatkannya dari KTN. “Saya ingin membantu (peternak) yang lain maju juga karena saya tahu rasanya dibantu untuk maju itu seperti apa. Dan itu sangat membantu,” terangnya.

Menjalani hidup sebagai peternak, Dika mengakui, kini kondisi ekonominya lebih membaik. Peternak muda ini berharap bisa terus mengembangkan peternakan menjadi lebih besar. “Saya yakin itu bisa asal (ada) niat bulat, doa, ilmu dan pengalaman, saya yakin kebutuhan masyarakat terhadap daging dan kekurangan pasokan nya menjadi peluang terbaik para peternak,” tegasnya.

Program KTN yang didapat Dika ini telah menyasar 9 provinsi, 18 kabupaten, 32 kecamatan, 52 desa dan 86 kampung di Indonesia. KTN mengusung model pemberdayaan melalui tiga fase. Fase pertama merupakan fase perintisan berupa penaksiran wilayah, seleksi mitra dan penguatan akad. Kemudian berlanjut di fase pembentukan kelompok dan pembinaan terpadu. Terakhir merupakan fase kemandirian dan penguatan bisnis.

Dalam pelaksanaan program pemberdayaan peternak, peran pendamping menjadi salah satu elemen penting. Hal ini lantaran peran pendamping yang turun langsung berinteraksi dan hidup di sekitar lingkungan para peternak binaan. Dalam pelaksanaannya, KTN menempatkan seorang pendamping di setiap wilayah pemberdayaan. Mereka aktif memberikan materi-materi pembinaan terkait dunia ternak untuk peningkatakn kapasitas peternak.

Sepanjang tahun 2013, sebanyak 1.449 kepala keluarga menerima manfaat program KTN dengan rincian 5.745 kambing/domba dan 222 Sapi. (gie)