JAMBI — “Bahkan jaringan selang ada yang terlepas dan juga bocor,” ungkap Erwandi ‘Bojek’ Saputra, tim respon kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa untuk wilayah Sumatera.
Memadamkan api karhutla tentunya bukan hal mudah. Area yang luas, lahan gambut, juga sumber air untuk pemadaman hingga peralatan yang kurang cukup memadai untuk karhutla.
Namun semangat perjuangan Dompet Dhuafa dan relawan gabungan dan petugas yang berjibaku dalam upaya pemadaman di lahan gambut Jalan Jambi-Suak Kandis Km. 41, Desa Puding, Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi, tetap bergelora, meskipun berselimut asap pekat pada awal pekan lalu. Sangat pekat di bawah langit merah, mereka bahu-membahu, estafet dan mengisi peran sesuai di lapangan.
Ya, kondisi lapangan tak selurus perencanaan. Beberapa kendala di luar dugaan bermunculan. Salah satu mesin pompa air alkon terhambat. Sehingga tidak mampu menarik air dengan sempurna. Titik sumber air rawa dan panjang selang yang jauh untuk menjangkau masuk ke tengah hutan.
Proses memadamkan dan mendinginkan lahan gambut memang membutuhkan waktu lebih lama. Ditengah proses pemadaman, salah satu petugas dengan lantang memberi himbauan dan komandu baru. “Pekat! 30 menit lagi semua harus keluar!,” teriaknya.
Kabut asap semakin tebal, jarak pandang semakin tipis hanya 10 meter saja. Angin kencang melibatkan peran dalam kelam suasana pemadaman. Api masih kembali muncul memperlihatkan keangkuhannya.
“Instruksinya, semua mundur untuk keluar hutan menyelesaikan pemadaman. Satu-persatu mulai tak terlihat dalam pandangan mata. Kami pun bergegas meninggalkan kawasan yang semakin merah pekat,” aku Bojek.
“Alhamdulillah aman, kami akan lanjutkan besok hari. Karena juga masih ada selang dan mesin tersisa belum sempat kami benahi,” lanjutnya. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)