Retrospeksi RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa: Berikan Akses Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat Miskin (Bagian Satu)

JAKARTA — Tepat  tanggal 4 juli 2012 Dompet Dhuafa mendirikan RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST) yang terletak di Jalan Raya Parung KM 42, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kendati pendiriannya disokong dana zakat dan wakaf, rumah sakit tipe C ini difasilitasi dengan berbagai layanan kesehatan yang modern di antaranya mesin hemodialisa, USG 4 Dimensi dan mesin operasi katarak (Phaco). RS Rumah Sehat Terpadu juga dilengkapi dengan layanan kesehatan diantaranya Poli Spesialis, ICU, Ruang Operasi, Rawat Inap, Farmasi 24 jam, IGD 24 Jam dan MCU.

Di balik semua itu, RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa menyimpan kisah panjang dalam pembangunanya hingga berdiri sampai saat ini. Ismail A. Said yang pada saat itu mengemban amanah sebagai Presiden Direktur Dompet Dhuafa masih ingat betul bagaimana proses berdirinya RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa saat pertama kali diinisiasi.

“Saya bergabung dengan Dompet Dhuafa pada awal Juli 2008, kira-kira di bulan Oktober saya adakan rapat direksi rutin. Saya bertanya kepada direksi yang lain, sudah hampir 3 (tiga) bulan di sini setiap hari saya melihat market rumah sakit di ruko kita di Ciputat. Apakah kita berani memunculkan suatu rumah sakit yang besar untuk membantu orang miskin berobat tanpa biaya,” paparnya.

Baca juga: Kembangkan Aset Wakaf, BNI Asset Management Sambangi RST Dompet Dhuafa

rumah-sehat-terpadu
Tim Dompet Dhuafa, menejemen RS RST Dompet Dhuafa, dan manajemen RS Qatar mendampingi tim Qatar Charity meninjau manfaat wakaf

Berangkat dengan keberanian untuk membantu masyarakat membutuhkan mendapatkan akses rumah sakit tanpa harus memikirkan biaya, ide awal yang tercetus adalah dengan menggunakan dana wakaf untuk pembangunannya dan dana zakat sebagai sumber oprerasional. Tentunya hal ini adalah keputusan yang besar untuk Dompet Dhuafa mengembangkan pelayanannya dibidang kesehatan.

“Saya berpikir, nanti kita akan menggunakan dana wakaf untuk pembangunannya, lalu operasionalnya menggunakan dana zakat. Rumah sakit ini kan investasi yang besar sekali, akhirnya melalui rapat direksi kami putuskan untuk mendirikan rumah sakit untuk masyarakat miskin. Hari itu juga saya segera menghadap Pak Parni Hadi selaku Ketua Pembina untuk membahas hal tersebut,” sambungnya menceritakan dengan detail.

Dengan konsep memaksimalkan potensi wakaf dan zakat melalui program produktif, Ismail A. Said meminta doa restu dari seluruh pihak di Dompet Dhuafa tidak terkecuali Parni Hadi selaku Ketua Pembina Dompet Dhuafa. Gagasan pembangunan rumah sakit ini mendapat sambutan positif dengan catatan agar program ini akan terus berkelanjutan secara jangka panjang.

“Pak Parni saya mau laporan, tadi kami rapat direksi, dan kami sudah sepakat untuk mendirikan rumah sakit yang besar lengkap untuk mengobati kamu dhuafa. Karena sekarang ini banyak sekali orang miskin tidak mampu berobat ke rumah sakit lantaran biayanya mahal. Pak Parni menjawab, Pak Ismail setahu saya belum 3 (tiga) bulan ya bergabung, tapi kenapa berani sekali membuat hal besar seperti ini? Membangun rumah sakit itu kan butuh biaya besar, bagaimana nanti mengoperasikannya? Jawab saya, pak memang saya baru 3 (tiga) bulan di sini, tetapi tugas kita hanya memindahkan dana dari rekening donatur untuk dikelola menjadi rumah sakit. Akhirnya Pak Parni mempersilakan dengan catatan harus bertanggung jawab jangan sampai terlantar,” jelasnya.

Pembahasan pun berlanjut dengan penggambaran konsep sampai pemanfaatan lahan di sekitarnya. Harapannya rumah sakit ini juga bisa dimanfaatkan para pelaku UMKM di sekitar lokasi untuk meningkatkan pendapatan mereka. Akhirnya terpilih lah lokasi untuk dibangun rumah sakit terpadu di atasnya.

Baca juga: Inovasi RST dengan Layanan Medical Check Up On Site

rst-dompet-dhuafa
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil mengunjungi pasien di RS RST Dompet Dhuafa.

“Setelah itu kami rapat dan berdiskusi ringan membicarakan konsep pembangunan rumah sakit. Saya berharap rumah sakit itu bisa dibangun di depan Sekolah SMART Ekselensia, lalu nanti kita buat jembatan penghubung seperti di Pondok Indah, ini mimpi kami. Nanti, tukang bakso, gado-gado, dan pedagang kaki lima yang mengisi kantin di sana,” ungkapnya dengan penuh harap.

Setelah pembahasan panjang dan diketahui siapa pemilik lahan tersebut, Dompet Dhuafa segera mengutus tim untuk menyambangi pemilik lahan tersebut. Ternyata, pemilik lahan tersebut mengenal Ismail A. Said selaku Presiden Direktur Dompet Dhuafa saat itu, tindak lanjut pun terjadi melalui sambungan telepon. Alhamdulillah, atas izin Allah Swt lahan yang diharapkan untuk membangun rumah sakit pun dijual dengan harga terjangkau dan sebagiannya diwakafkan.

“Tim akhirnya bertemu dengan pemilik lahan dan menyampaikan maksud serta tujuan kami untuk membuat rumah sakit untuk masyarakat miskin secara gratis. Setelah Magrib saya langsung telepon beliau untuk berterima kasih sudah menerima tim kami dan menjelaskan konsep rumah sakit yang akan dibangun di lahan tersebut. Namun, beliau bilang mau berdiskusi dulu dengan anak-anaknya yang berada di luar negeri. Alhamdulillahnya dalam waktu beberapa hari saja beliau sudah menghubungi saya lagi membawa kabar positif dari anak-anaknya yang merestui rencana ini,” sambungnya.