Saat Dakwah Melintas Batas

Foto: Yogi/Dompet Dhuafa

TANGERANG SELATAN—Berdakwah di luar negeri selalu meninggalkan kesan. Bahkan, aktivitas dakwah di luar negeri sering menghadirkan tantangan tersendiri.

Hal ini terjadi lantaran beberapa sebab. Perbedaan latar belakang sejarah dan budaya negara bersangkutan merupakan dua alasan yang sering muncul.

“Pengalaman berdakwah di luar negeri memberikan pelajaran berharga karena menghadapi tantangan yang lebih daripada di negeri sendiri. Menguji diri kita,” ungkap Nur Hidayat saat Bedah Buku “Meretas Dakwah Melintas Batas” Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), Rabu (10/9) di Tangerang Selatan.

Nur Hidayat merupakan salah satu dai Cordofa yang pernah ditugaskan berdakwah di Timor Leste pada Ramadhan 1434 Hijriah atau 2013 lalu. Dalam cerita pengalamannya, ia menemui berbagai hal mengenai dakwah yang sebelumnya tidak pernah dialami.

Salah satu hal yang menjadi pelajaran adalah saat menemukan bahwa persepsi muslim Timor Leste terhadap konsep beribadah. Muslim Timor Leste tempat Nur Hidayat berdakwah menilai beribadah ke masjid atau musholla harus berpakaian layaknya orang Arab seperti berjubah, bersorban, dll.

“Semua pihak yang ingin berdakwah di Timor Leste perlu melakukan pendekatan budaya. Dengan demikian, masyarakat setempat bisa lebih terbuka menerima ajakan dakwah kita,” terangnya.

Hal lain dirasakan dai Cordofa lainnya yakni Amin Munawar. Saat ditempatkan di Jepang, Amin merasakan Jepang yang lebih Islami. Pasalnya, ia menemukan nilai-nilai Islam pada masyarakat Jepang meski mereka tidak memeluk Islam.

“Nilai-nilai Islam itu antara lain kebersihan, kedisiplinan, ketertiban, dan tepat waktu. Ketika baru tiba ke Tokyo, saya langsung mengagumi suasananya yang nyaman karena setiap sudut kota terlihat bersih,” ujarnya.

Nilai-nilai Islam yang ternyata sudah diterapkan masyarakat Jepang tersebut menjadi inspirasi Amin. Fenomena tersebut selalu ia ungkapkan dalam agenda dakwah di Jepang.

Setelah itu, tidak sedikit masyarakat Jepang yang tertarik dan bertanya banyak hal tentang Islam. Dengan izin Allah, ada warga Jepang yang masuk Islam setelah mendengar dakwah. “Ada satu penduduk asil Jepang yang benar-benar saya bombing jadi muallaf. Namanya Megumi-san, seorang gadis aumnus salah satu universitas termuka di Jepang,” terangnya.

Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Syukron Kamil mengapresiasi hadirnya buku “Meretas Dakwah Melintas Batas” Cordofa. Ia menilai, buku tersebut sangat bermanfaat dan menyemangati dai-dai muda dalam berdakwah terutama di luar negeri.

“Dari buku ini kita juga bisa mengetahui bahwa konsep dhuafa (miskin, red) yang diusung Dompet Dhuafa tidak hanya dari segi materi, tetapi dhuafa dalam segi spiritual. Untuk itu, para dai cordofa berdakwah hingga ke luar negeri,” paparnya.

Namun demikian, Syukron pun menyarankan agar materi persiapan dai cordofa sebelum ditempatkan semakin dimaksimalkan. Pengenalan soal negara yang akan didatangi, isu-isu kontemporer, dan kajian berbagai mazhab adalah beberapa materi yang perlu didalami. (gie)