Sabar Menjalani Pengobatan, Melani Terbebas dari TB MDR yang Menahun

Melani (kerudung merah muda) bersama sang ibu di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa. (Foto: Muhammad/LKC Dompet Dhuafa)

Anbiya Nur Melani (18) kini bisa tersenyum lega. Harapannya bisa sekolah lagi dan berkumpul dengan teman-temannya dapat segera terwujud, karena penyakit Tuberculosis Multi Drug Resistance (TB MDR) yang dideritanya sejak tahun 2007 sudah dinyatakan sembuh oleh dokter yang memeriksanya pada 2012.

Berawal dari tahun 2007, Melani mengalami batuk dan panas selama beberapa hari. Semula, Atini, ibunda Melani, menganggap hal tersebut hanya penyakit biasa. Namun, karena tak kunjung sembuh, Atini membawanya berobat ke Puskesmas. Setelah diperiksa, Melani divonis mengidap penyakit TB. Ia pun lantas dirujuk ke sebuah klinik paru-paru di bilangan Kebayoran Lama. Berat badannya semakin turun dari 23 kilogram menjadi 21 kilogram. Ia pun tidak sanggup melanjutkan sekolahnya, kendati saat itu baru 2 bulan masuk sebagai siswi kelas 1 disebuah SMP Negeri.

Di klinik paru-paru, Melani menjalani pengobatan TB selama 9 bulan dan dinyatakan sembuh. Namun baru 1 bulan setelah itu ternyata Melani kembali sakit panas dan batuk serta menjalani pengobatan kembali selama 9 bulan. Pengobatan pun dihentikan dengan alasan pasien masih kecil dan dikhawatirkan efek samping yang berbahaya akibat minum obat tersebut.

Tidak puas dengan jawaban dokter, Atini dan anak tertuanya membawa Melani ke Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa di Tangerang Selatan yang mempunyai TB Center. Hingga tiba di LKC Dompet Dhuafa Melani langsung ditangani oleh dokter Asti Praborini, SpA, IBCLC.

Meski demikian, selama 12 bulan berobat, berat badan Melani tetap tidak bertambah. Bahkan hasil tes dahak dan rongent pun tidak menunjukan tanda-tanda kesembuhan. Walhasil, diputuskanlah untuk merujuk Melani ke Rumah Sakit Persahabatan dengan tetap didampingi dan dibiayai oleh LKC Dompet Dhuafa.

Di RS Persahabatan, Melani harus melewati serangkaian tes diagnosa dan pemeriksaan penunjang dan hasilnya ternyata Melani menderita TB MDR .

Menurut Manajer Pelayanan Medik LKC Dompet Dhuafa, dr. Yenni Purnamasari TB MDR yang diderita Melani merupakan penyakit TB yang ditakuti dan tak jarang pasienya akan berakhir dengan kematian.

“Karena pasien TB sudah kebal terhadap pengobatan antibiotik untuk tuberkulosis lini pertama, yaitu Isoniazid dan Rifampisin, sehingga memerlukan penanganan lebih serius dengan pemberian antibotik yang masih sensitif terhadap kuman TB MDR. Tetapi hal ini menyebabkan biaya pengobatan menjadi sangat besar dan lama pengobatan menjadi lebih panjang 2 tahun dibanding pengobatan kasus TB yang tidak resisten yang hanya 6-9 bulan,” tutur dokter Yeni.

Untuk penanganan penyakit TB yang dialami Melani, lanjutnya, sempat terkendala karena faktor usia. Sejatinya, pengobatan pasien dengan TB MDR di RS Persahabatan, usia pasien minimal 15 tahun, sedangkan saat itu, Melani baru berumur 14 tahun.

Setelah didiskusikan di tim medis yang menangani TB MDR, akhirnya diputuskan Melani bisa menjalani pengobatan penyakitnya yang memakan waktu kurang lebih 2 tahun, dengan suntikan dan obat-obatan.

Selama 2 tahun itulah, Melani mesti berjuang dan bersabar untuk memeperoleh kesembuhan dari penyakit TB MDR yang dideritanya.

Tepat 9 April 2012, Melani dinyatakan sembuh. Berat badannyapun menjadi 30 kilogram yang semula hanya 21 kg dan wajahnya terlihat segar.

Terbayar sudah rasa lelah selama 21 bulan mengikuti program pengobatan TB MDR. Tetapi Melani harus tetap menjaga daya tahan tubuh agar tidak tertular penyakit TB MDR yang pernah dideritanya itu. (reita/MJ/gie)