Saprihono, Ajarkan Kegigihan Sebagai Pejuang Masyarakat

Saprihono (35) penerima manfaat LPM Dompet Dhuafa yang sehari-harinya bertugas menjaga palang pintu perlintasan kereta api. (Dokumen DD)

Memasuki momentum peringatan Hari Pahlawan pada 10 November yang sebentar lagi tiba, bagi sebagian orang tentu memaknai peristiwa bersejarah tersebut sebagai hari dimana kita mengingat jasa-jasa pahlawan bangsa ini yang berjuang merebut kemerdekaan bangsa dengan tokoh-tokoh andalan seperti Bung Tomo, Bung Karno, Bung Hatta, dan lain sebagainya.

Padahal bukan hanya sekedar itu. Generasi penerus bangsa ini haruslah lebih bijak dalam memaknai momentum bersejarah tersebut, misal dengan melakukan hal yang bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak. Karena menjadi penerus bangsa berarti siap menjadi pahlawan masa kini yang memiliki jiwa kerelawanan sosial yang tinggi serta rasa tulus ikhlas.

Seperti yang ditunjukkan salah satu penerima manfaat Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa ini. Meski memiliki kondisi fisik yang tak sempurna, bukan alasan bagi Saprihono untuk tak bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Ia memang hanya memiliki satu kaki dan harus menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Namun pria lajang ini tak pernah menyerah untuk mencari nafkah serta bermanfaat bagi masyarakat.

Lelaki berusia 35 tahun ini, Bekerja sebagai penjaga palang pintu kereta api di Depok dari pagi hingga malam, tepatnya jam 02.00 – 22.00 WIB setiap harinya. Ia bertugas menjaga dan membantu menyebrangkan warga, khususnya warga Pondok Jaya Depok. Kendati banyak orang meremehkan pekerjaan ini, tetapi sejatinya sangat berperan bagi masyarakat.

Tanpa keberadaanya, bukan tak mungkin akan banyak kecelakaan terjadi.Sehingga membahayakan banyak nyawa. Maka tak berlebihan rasanya, bila Saprihono dengan pekerjaannya yang mulia dan penuh ketelitian ini, sering dipanggil dengan sebutan “pejuang masyarakat”.

Namun dengan upahnya yang hanya Rp 150 ribu per bulan, ditambah pekerjaan ibunya hanya sebagai buruh serabutan. Berbagai kekurangan pun masih dirasakan oleh Saprihono. Bahkan untuk menyewa rumah sebagai tempat tinggal saja, ia mengalami kesulitan. Pria asal Depok ini memang tak menginginkan kehidupan mewah atau pun rumah besar, keinginannya sederhana, hanya ingin memiliki tempat tinggal yang layak untuk tinggal berdua bersama sang ibu.

Hal itu membuat Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, tergerak untuk membantu “Pejuang Masyarakat” ini mewujudkan harapannya tersebut. Kendati tak dapat menyediakan rumah mewah untuk Saprihono dan ibunya, namun LPM secara konsisten setiap bulan membiayai rumah kontrakan untuk mereka.

Kegigihan Saprihono untuk bertahan hidup ditengah segala ketidaksempurnaan yang ada, memberikan kita pelajaran, bahwa tak ada kata menyerah untuk bermanfaat bagi sesama. Perlu diingat bahwa selalu ada cobaan dalam hidup yang tak dapat diselesaikan hanya dengan diam dan meratapi kekurangan yang ada. Mari tergerak untuk menjadi pahlawan masa kini pengisi kemerdekaan bangsa. (Uyang)