Satria, Selamatkan Populasi Lebah dengan Teknik Ramah Lingkungan

Siapa yang  tak kenal dengan salah satu hewan jenis serangga satu ini. Hewan berwarna kuning hitam ini meskipun berukuran kecil sekitar 0,3 – 2,5 cm namun sangat bermanfaat bagi manusia dan tumbuh-tumbuhan.Manfaat lebah yang utama adalah karena lebah menghasilkan madu.

Lebah terbiasa membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari propolis (perekat dari getah pohon) dan malam yang diproduksi oleh kelenjar-kelelenjar lebah betina yang masih muda terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.

Namun demikian, menjumpai lebah yang menghasilkan madu berkualitas sungguh sangatlah tidak mudah, terlebih memburu lebah di wilayah yang beresiko tinggi. Ya, hal tersebut  dilakoni Satria (39), warga asli Kampung Cikawung, Desa Ujung Jaya, Taman Nasional Ujung Kulon, yang berprofesi sebagai pemburu madu hutan ini.

Profesi ini sangatlah beresiko tinggi. Memanjat pohon dengan tinggi sekitar 20-50 meter hanya dengan menggunakan rotan sebagai pengaitnya menjadi rutinitasnya. Bukan peralatan moderen bekalnya, kaos lengan panjang dan penuntup muka,tanpa sarung tangan dan alas kaki yang melekat pada tubuhnya. Sehingga tak jarang sengatan lebah menjadi hadiah tambahan ketika memanen madu.

Meski profesi yang dijalaninya terbilang ekstrim, namun tak menyurutkan semangat bapak dua anak ini. Sudah lebih dari 15 tahun, Satria menjalani profesi sebagai pemburu madu hutan. Sebelumnya, pria yang dikenal gigih dalam bekerja ini berprofesi sebagai petani. Namun, memasuki musim kemarau, beberapa sawah yang dikelolanya pun mengering, hingga menghentikan aktivitas bertaninya. Kemudian ia beralih menjadi pemburu madu hutan.

Dahulu para pemburu madu, termasuk Satria kesulitan dalam hal penjualan hasil panen. Para petani harus menjual dan memasarkan hasil panennya sendiri kepada masyarakat sekitar. Teknik memanennya yang dulu dipakai hanyalah teknik tidak ramah lingkungan, sehingga populasi lebah hutan terus menurun.

Namun menurut Satria, berkat Hadirnya program pendampingan para petani madu oleh Dompet Dhuafa, perlahan terjadi perbaikan bagi petani madu di Ujung Kulon. Berbagai teknik ramah lingkungan dan perbekalan ilmu pemasaran menjadi pengubah alur para petani madu.

“Alhamdulillah semenjak kehadiran Dompet Dhuafa kami banyak mendapatkan manfaat. Kalau dulu kita memanen madu dengan cara biasa, sekarang kami diajarkan menggunakan konsep Panen Lestari yang lebih ramah lingkungan dan turut menjaga populasi lebah di hutan ini. Kalau dulu menjual hasil panen madu cukup susah, karena harus menjual sendiri. Sekarang semenjak hadirnya Dompet Dhuafa di sini, distribusi dan penjualan madu menjadi lebih mudah. Karena kami di sini semua mendapat pendampingan yang menurut saya begitu bermanfaat untuk petani madu,” ujar Satria.

Dari bekal-bekal Dompet Dhuafa tersebut, secara perlahan kondisi pertanian madu hutan di Ujung Kulon terus berkembang baik. Kini hasil panen madu tidak lagi menunmpuk dirumah-rumah petani setelah mereka mendapatkan ilmu dan dukungan pendistribusian. (Dompet Dhuafa/M. Ihsan)

 

Editor: Uyang