School for Refugees, Sarana Tebar Manfaat Bagi Pengungsi Rohingya

Sejumlah pengungsi Rohingya tengah menjalani kegiatan School for Refugees Dompet Dhuafa di Kota Langsa, Aceh. (Foto: Dompet Dhuafa)

ACEH- Hampir 3 bulan sudah, ratusan pengungsi Rohingya terdampar di Kota Langsa, Aceh. Menjalani aktivitas di negeri orang, bukan hal mudah bagi para pencari suaka ini. Adaptasi menjadi salah satu hal yang kini mulai dilakukan mereka, agar mempermudah mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Kondisi tersebut membuat Dompet Dhuafa sebagai lembaga kemanusiaan yang berdedikasi lebih dari dua dekade, telah turut membantu meringankan beban mereka. Selain kebutuhan pakan dan logistik, Dompet Dhuafa juga turut berkontribusi dalam pendidikan untuk pengungsi Rohingya yaitu melalui program School for Refugees, bagian dari program Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa.

School for Refugees hadir, untuk mengasah keterampilan bagi pengungsi Rohingya. Dompet Dhuafa membuat program ini untuk diterapkan di dua titik pengungsian yaitu Bayeun dan Langsa. Pada kedua titik pengungsian tersebut, pengungsi sama-sama diajarkan Bahasa Inggris. Namun, ada perbedaan program di antara kedua titik pengungsian tersebut. Pelajaran Bahasa Inggris disesuaikan dengan usia pengungsi.

“Karena di Bayeun banyak perempuan remaja dan ibu-ibu, program school for refugees fokus pada keterampilan potong rambut, pemanfaatan botol bekas, tata rias, dan tutorial hijab. Sedangkan di Langsa banyak pengungsi anak-anak usia tujuh hingga dua belas tahun sehingga program berfokus pada matematika. Gerakan fisik juga dilakukan agar anak-anak tidak bosan”, urai Ahmad Lizamuddin, Coordinator of Educational Program Dompet Dhuafa, saat dihubungi via telepon, pada Senin (10/8).

Dalam program ini, SGI menggandeng relawan setempat. Relawan ini telah melalui proses seleksi oleh tim Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa beberapa waktu lalu. Ada sepuluh relawan yang mengajar di dua titik pengungsian.SGI sendiri akan berada di sana hingga September untuk kemudian dilakukan evaluasi.

Jumlah pengungsi yang mengikuti program ini mengalami penurunan karena adanya pemulangan pengungsi dan kabur. Walau demikian, Ahmad berharap, pengungsi yang mengikuti kegiatan ini bisa mengajarkan kepada pengungsi lain di lokasi pengungsian.

Selain keterampilan, pengungsi juga sama-sama diajarkan cara hidup sehat seperti cara menggosok gigi dan mandi yang benar. Oleh karena itu, pada minggu lalu Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Centre menyalurkan alat kebersihan diri. (Erni)

 

Editor: Uyang

“22 tahun Dompet Dhuafa Tumbuh Bersama, mari bergandeng tangan wujudkan kemandirian”