Sejarah Singkat THK: Gebrakan ‘Gila’ untuk Kesejahteraan Ummat

SIARAN PERS, JAKARTA — Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa merupakan sebuah program pemberdayaan peternakan lokal demi menyukseskan distribusi hewan ternak dalam pelaksanaan ibadah Hari Raya Kurban (Idul Adha). Adapun wilayah yang menjadi titik distribusi merupakan wilayah terpencil dan terluar yang minim akses persebaran daging kurban, wilayah terdampak bencana, wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, juga wilayah krisis kemanusiaan. 

Sejak dahulu, bahkan sampai sekarang penyembelihan hewan kurban biasanya dilaksanakan di rumah sendiri, atau diserahkan ke Mushalla/Masjid terdekat. Kemudian Dompet Dhuafa membuat gebrakan 'gila' dengan membuat program tebar hewan kurban dengan nama "Menebar 999 Hewan Kurban" pada tahun 1994. 

Melalui program ini, pekurban hanya menyerahkan sejumlah dana kepada Dompet Dhuafa, yang kemudian membelikan hewan kurban di lokasi yang berbeda dari domisili pekurban tersebut. Bisa dibilang pekurban tidak melihat hewan kurbannya, dan tidak menyaksikan pula proses penyembelihannya secara langsung.  Hal ini membutuhkan kepercayaan yang tinggi dari pihak masyarakat. Sehingga pengembangan program ini membutuhkan waktu yang tidak lama dan usaha yang sederhana.

"Tahun pertama itu di 1994, Dompet Dhuafa menghimpun 644 ekor domba/kambing dan 8 sapi.  Angka 999, yang merupakan target jumlah hewan kurban pada saat itu, memang tidak tercapai. Bahkan di tahun kedua, 1995, angka 999 itu belum berhasil ditembus. Tahun 1995 itu, Dompet Dhuafa baru bisa menghimpun 833 ekor domba/kambing dan 6 ekor sapi.  Baru setahun kemudian, angka 999 itu berhasil dilewati.  Tahun 1996 itu berhasil menghimpun 1.339 ekor domba/kambing dan 33 ekor sapi. Dan terus meningkat seiring bertambahnya bilangan tahun. Kepercayaan masyarakat terus meningkat, dan tahun lalu (2019), THK Dompet Dhuafa menerima amanah lebih dari 27.000 ekor hewan kurban, setara domba/kambing, " jelas Ketua THK 2020 Dompet Dhuafa, Zainal Abidin Sidik (Jum'at, 12/6/2020).

Peningkatan jumlah ini didasarkan konsep THK ialah pemberdayaan peternak, terdapat value perjuangan. Jadi bukan bisnis jual beli kambing. Selain itu tidak pula aspek transparan yang juga menjadi aspek penting. Sehingga, seiring bertambahnya jumlah hewan kurban dan peternak pemberdayaan (tahun 1997), nama program ini berubah menjadi Tebar Hewan Kurban.

"Kebarokahan dari kegiatan Dompet Dhuafa yang mengutamakan perjuangan kepada dhuafa dan pemberdayaan masyarakat. Maka mendapatkan pertolongan dari Allah melalui doa para Dhuafa, dan amil karyawan yang mempunyai semangat perjuangan yang kuat untuk mengabdi. Serta strategi manajemen yang tulus untuk ummat. Sehingga mendapatkan kebarokahan dengan terus berkembang walau dalam kondisi sulit", terang Ust. Herman Budianto yang pernah menjadi ketua Tebar Hewan Kurban. 

Di tahun 2002, Dompet Dhuafa merespon korban terdampak bencana kemanusiaan di Afganistan. Dan tim respon melihat langsung bagaimana kondisi terdampak di sana. Sehingga memunculkan usulan untuk menebar hewan kurban di luar wilayah Indonesia. Kemudian pada tahun ini juga, Dompet Dhuafa memperluas titik distribusi ke luar wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan keprihatinan Dompet Dhuafa dalam membantu dhuafa yang juga tersebar di luar wilayah Indonesia. Ini merupakan gebarakan 'gila' yang kedua. 

"Proses penyiapan kurban di sana melalui mitra pada program sebelumnya serta dengan mengirim tim dari Indonesia untuk memimpin kegiatan program tersebut", lanjut Ust. Herman. 

Contoh saja semisal pada tahun 2019, Dompet Dhuafa menjadikan wilayah konflik kemanusiaan seperti Palestina, Vietnam, Myanmar dan Kamboja sebagai titik persebaran THK. Rencananya tahun 2020 pola ini akan tetap dipertahankan, yakni menyasar wilayah luar di Indonesia yang terdampak. 

"Mohon doa dan dukungannya, semoga tahun ini, pelaksanaan THK Dompet Dhuafa meraih dua sukses, yaitu sukses penghimpunan dan sukses pelaksanaan', tutup Zainal. (Dompet Dhuafa/Fajar)