Semangat Berantas Renternir

Semangat untuk memberantas rentenir masih membara dalam hati Mursida Rambe. Mengetahui fakta di lapangan bahwa banyak pedagang di Pasar Beringharjo yang terjerat hutang oleh rentenir membuat Mursida dan temannya membuat ‘tandingan’ dengan mendirikan BMT. Tujuannya lebih dari sekedar memberantas rentenir. Mursida dan temannya berniat untuk secara perlahan memperkenalkan tentang ekonomi syariah kepada para pedagang.

“Rentenir itu menggunakan uang sendiri sehingga tengah malam pedagang pinjam uang pun bisa. Beda dengan lembaga kami yang membutuhkan prosedur peminjaman karena ada amanah uang pedagang”, jelas ibu tiga anak ini.

Bersama seorang temannya, Mursida meneguhkan diri untuk mendirikan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang saat itu pertama kali ada di Yogyakarta. Bermodal niat baik untuk melakukan perubahan bagi kaum dhuafa, Mursida mengajukan pinjaman modal senilaiRp 1 juta  kepada Dompet Dhuafa, untuk mendirikan BMT Beringharjo pada akhir 1994. Lokasinya di pelataran Masjid Muttaqien Pasar Beringharjo, Yogyakarta.

Setelah berjalan lebih dari dua puluh tahun, kini BMT yang didirikan Mursida dan temannya sudah tersebar di lima provinsi yaitu Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan lima belas kantor cabang. Keseluruhan BMT ini dibantu oleh 140 pegawai. Berkembangnya BMT tidak lepas dari dukungan dana dari Dompet Dhuafa.

BMT yang didirikannya tidak sebatas sebagai lembaga simpan pinjam. Mursida mengatakan ada tiga visi dari BMT ini yaitu edukasi syariah, pemberdayaan, dan menekan gerakan rentenir. Sebagai lembaga dakwah, Mursida ingin agar pedagang yang menajdi nasabahnya hidup berlandaskan syariah. Pemberdayaan pun penting dilakukan. Justru inilah kuncinya.

“Alhamdulillah, tekad dan keinginan saya untuk mendirikan BMT juga tidak terlepas dari dukungan Dompet Dhuafa, saya sangat berterima kasih,” ungkap Mursida. (Dompet Dhuafa/Uyang)