Semangat Juang Abdul Rohim, Alumni Institut Kemandirian Dompet Dhuafa

Abdul Rohim (31) alumni Institut Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa. (Foto: Uyang/Dompet Dhuafa)

Siang itu, hangatnya sinar matahari tak kunjung reda menyelimuti Desa Babakan Madang, Sentul Bogor. Namun ada yang berbeda pada hari ini, keramaian masyarakat tak terbendung yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan HUT PDGI ke 65, dimana kali ini Dompet Dhuafa ikut andil bersama jejaringnya memberikan pelayanan. Di salah satu sudut lapangan acara, nampak terlihat antrian motor berjajar menunggu gilirannya untuk mendapatkan pelayanan services gratis dari Institut Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa.

Di balik deretan motor yang sudah di perbaiki terlihat dari sela-sela mesin gurat senyum terpancar dari wajah pria yang berusia 31 tahun ini. Abdul Rohim namanya, dia bergabung bersama IK pada tahun 2005 gelombang 1 atau masuk angkatan 16 sejak didirikannya IK.

“Awalnya masuk ke IK mencoba dan mencari pengalaman yang baru serta menambah keterampilan dalam otomatif servis motor”, ujar pria yang murah senyum ini.

“Bahkan saya dulunya juga di ajak temen yang kebetulan jadi pelatih montir motor di IK”. Sebelumnya profesi saya nelayan, karena ingin memperbaiki hidup saya berangkat ke IK untuk ikut pelatihan ini,” tambahnya menjelaskan.

Pria asli Demak, Jawa Tengah ini menuturkan merasa senang mengotak-atik motor karena sudah terbiasa di banding pelatihan yang lain. Walaupun dia mengakui sebelumnya belum pernah menangani komponen motor, dan saat bergabung bersama IK ia mulai tertarik dengan dunia otomotif.

Semangat kerja keras yang diperlihatkannya, membuat Abdul Rohim bercita-cita ingin membuka usaha sendiri melalui modal pribadinya. Kemantapan hatinya berkarir di bidang otomotif motor, membuat Abdul Rohim memaknai kebahagiaanya cukup sederhana.

“Senang sekarang bisa tahu servis motor, sekarang kalo motor sendiri rusak bisa di benerin sendiri gak perlu di bawa ke bengkel” paparnya.

Dia berharap semoga IK Dompet Dhuafa bisa merekrut lebih banyak orang-orang yang pengangguran. Kita bisa mengambil pesan yang tulus dari seorang Abdu Rohim, kemauan dan semangat kerja kerasnya harus menular ke seluruh lapisan masyarakat yang merasa hidupnya masih dalam himpitan ekonomi. Bahwa hidup ini termaknai dengan dua kata yaitu “penuh perjuangan”, selagi masih ada kemauan maka kesempatan itu akan dating dengan sendirinya. (Riandy)

 

Editor: Uyang