Semangat Turi, ?Kartini? Masa Kini yang Membangun Kemandirian

Bila berbicara mengenai emansipasi wanita, tentu dalam benak kita akan langsung terbayang sosok RA Kartini, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Memang, kartini sangat identik dengan sanggul dan kebaya yang menjadi ciri khas pahlawan wanita asal Rembang Jawa Tengah ini. Namun, bukan hal tersebutlah yang membuatnya mampu dikenang bangsa ini, melainkan buah pemikirannya dalam memperjuangan kaum wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Hari ini, bertepatan dengan momen Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, diharapkan semangat emansipasi wanita dalam wujud kemandirian selalu terpatri dalam benak para perempuan tangguh masa kini. Hari Kartini tak hanya lagi diperingati secara seremonial semata, melainkan momen yang tepat untuk tumbuh bersama dalam emansipasi membangun kemandirian demi menggapai kesejahteraan hidup.

RA Kartini dikenal sebagai perempuan tangguh yang memiliki keinginan kuat untuk menjadikan perempuan bangsa cerdas, mandiri, serta mampu mengatasi berbagai persoalan dalam hidup. Buah pemikiran dan perjuangannya tersebut kini dapat kita lihat pada sosok perempuan tangguh bernama Turi (36), salah satu penerima manfaat Program Perempuan Wirausaha yang digulirkan oleh Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa.

Terik matahari yang begitu panas siang itu, tak menyurutkan langkah Turi, salah satu ibu muda dalam menjajakan bakso ikan, berkeliling ke sudut-sudut kampung di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandang Haur, Indramayu, Jawa Barat. 

Berbekal dua termos besar dan sebuah keranjang, Turi nampak bersemangat menjalani profesi yang setiap hari dimulainya pada siang hingga menjelang magrib. Bukan tanpa sebab, Turi, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini membanting tulang berjualan, semua itu semata-mata dilakukan demi membantu memenuhi kebutuhan keluarganya tercinta.

Bagaimana tidak, sang suami yang hanya seorang nelayan berpenghasilan tidak menentu, dan bergantung pada musim. Tentu, dengan kondisi perekonomian yang dirasakan sangat pas-pasan itu membuatnya mengambil langkah untuk menggeluti usaha bakso ikan.

“Kalo lagi musim angin suami nggak ngelaut, penghasilan dari mana kalo nggak usaha gini” ujar Turi sambil melayani pelanggannya.

Alhamdulillah, dengan usaha yang ditekuninya tersebut. Kini, Turi pun mampu memiliki penghasilan sekitar Rp 70 ribu hingga Rp 100 ribu setiap harinya. Atas hasil jerih payahnya tersebut, ia pun kini dapat mencukupi kebutuhan dapur dan sekolah anak-anaknya.

Demikianlah sekelumit cerita Turi, salah satu penerima manfaat Program Perempuan Wirausaha yang digulirkan oleh Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa. Perempuan berusia 35 tahun ini mampu memanfaatkan potensi perikanan di kampungnya, dengan kreatifitas dan keuletan yang dimilikinya, ia  mampu membuat baso ikan dan menjajakan keliling kampung.

Program Perempuan Wirausaha yang bergulir di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandang Haur, Indramayu sudah mulai menampakkan hasil. Rata-rata mitra yang bergabung merupakan para ibu rumah tangga merupakan pedagang ikan mentah dan produk olahan ikan. Letaknya yang berbatasan langsung dengan pantai menjadikan nelayan menjadi sumber mata pencaharian mayoritas penduduk desa.

Selama ini, nelayan seolah-olah menjadi masyarakat yang terpinggirkan dari sisi ekonomi. Kondisi cuaca, fluktuasi harga BBM dan harga ikan yang relatif rendah membuat mereka tidak berdaya. Perlu langkah kongkrit yang mampu menggairahkan profesi nelayan.

Selain Turi, masih ada 75 mitra lain yang mendapat manfaat dri program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Program yang berjalan selama 2 tahun tersebut, diharapkan mampu menjadikan para mitra dampingan mampu mandiri dan berinovasi dalam memajukan usahanya. 

Berharap dengan momentum Hari Kartini ini,  akan lahir ‘Turi’ yang lain, yang mampu memanfaatkan peluang dan berani berfikir beda. Pemberdayaan menjadi salah satu metode yang tepat untuk mengubah pola fikir dan meningkatkan derajat nelayan secara ekonomi. (uyang)