Dompet Dhuafa Resmikan Serambi Budaya untuk Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan

KALIMANTAN TENGAH — Dompet Dhuafa mengadakan peresmian Serambi Budaya di Aula Kantor Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir Timur, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, pada Kamis (31/3/2022). Di Pulau Borneo, Dompet Dhuafa ingin melestarikan kembali budaya seni kerajinan yang sudah turun-temurun ada, yaitu “Purun” atau rumput gambut.

Purun merupakan sejenis rumput teki-tekian (family cyperaceae) yang memiliki batang lurus berongga dan tidak berdaun. Kebanyakan orang menganggap tanaman ini hanya sebatas tumbuhan gulma yang keberadaannnya menggangu pertanian. Di Kalimantan Tengah, purun memiliki nilai budaya dan ekonomi. Masyarakat yang berada di kawasan lahan gambut telah lama memanfaatkan purun sebagai bahan baku kerajinan tangan. Produk yang dihasilkan antara lain: tikar, topi, keranjang, tas, bakul, dan lain-lain.

Potensi ini dimanfaatkan oleh Dompet Dhuafa sebagai pelestarian budaya yang bernilai ekonomi melalui didirikannya Serambi Budaya di Desa Pematang Panjang. Hadir meresmikan program Serambi Budaya ini, GM Budaya dan Pendidikan Dompet Dhuafa Herman Budianto, Bupati Seruyan Yulhaidir, dan Kepala Dinas Perindagkop Kabupaten Seruyan, Primermen. Bertajuk “Purun Bagi Kesejahteraan Masyarakat”, acara ini juga dibuka secara umum bagi masyarakat sekitar, terutama para pengrajin purun.

Dompet Dhuafa mengadakan peresmian Serambi Budaya di Aula Kantor Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir Timur, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, pada Kamis (31/3/2022).

Dalam kesempatan tersebut, Herman Budianto menyebut tujuan dari Serambi Budaya Dompet Dhuafa ini adalah sebagai pemberdayaan masyarakat melalui budaya setempat. Serambi Budaya juga telah hadir di berbagai daerah di Indonesia dengan kearifan budaya lokal masing-masing.

“Saat ini kami telah berkeliling ke setiap provinsi dengan tujuan mengangkat perekonomian masyarakat melalui kebudayaan setiap daerah. Saat ini, Serambi Budaya melalui Dompet Dhuafa Kalimantan Tengah hadir di sini untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengrajin purun. Tujuan kami adalah mengangkat budaya yang selama ini kurang menarik menjadi menarik sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat,” paparnya.

Sebagai langkah awal, program Serambi Budaya ini mengumpulkan 10 (sepuluh) ibu-ibu pengrajin purun untuk diberdayakan. Mereka adalah para pengrajin yang sudah lama menggeluti keterampilan purun. Dari sepuluh anggota tersebut akan terus dikembangkan dengan menggaet dan memberdayakan ibu-ibu lainnya yang kurang dari segi ekonomi.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Seruyan Yulhaidir menyampaikan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam kewirausahaan akan sangat membantu masyarakat apa lagi bisa memanfaatkan kegiatan tersebut dengan mengangkat budaya lokal. Hal ini diyakininya akan sangat bermanfaat karena akan sekaligus memperkenalkan kebudayaan, juga dapat meningkatkan penghasilan dari pengrajin purun yang berada di wilayah Kabupaten Seruyan.

“Saya berharap dengan kegiatan ini akan sangat berguna bagi kita semua dengan mengangkat budaya lokal juga mengangkat perekonomian masyarakat terutama para pengrajin purun ini, apa lagi dengan menggunakan purun ini bisa membantu kita mengatasi bahayanya limbah plastik. Sebab dengan memanfaatkan purun sebagai bahan pengganti plastik tersebut, seperti tempat tisu, tempat sampah kering dan berbagai macam lainnya, maka kerajinan purun ini bisa di berdayakan lagi,” paparnya.

Ke depannya, Bupati Seruyan berencana akan membuat surat edaran melalui dinas Perindakop supaya bisa membantu dalam pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh para pengrajin purun Serambi Budaya Dompet Dhuafa. Selain itu juga direncanakan akan ada pelatihan kepada para pengrajin purun. (Dompet Dhuafa / Muthohar)