BOGOR — Sudah tiga tahun Asep bergabung dengan Tim Barzah Dompet Dhuafa. Dalam kurun waktu tersebut, tak heran bila ia sering mencicipi asam garam saat melayani jenazah bersama Tim Barzah Dompet Dhuafa. Asep sering kali kebingungan saat hendak mengantar jenazah ke rumah duka. Karena identitas atau alamat rumah duka masih belum jelas.
“Dukanya kami sebagai tim pengantar jenazah itu saat kita kebingungan mencari sanak saudaranya. Setelah ditolong, kita bingung mau dibawa kemana ini jenazah, soalnya tidak ada identitas. Kemudian yang paling membingungkan saat mengantar ke daerah. Seperti mengantar ke Jawa atau luar kota, keluarganya tidak memahami alamat. Terpaksa kita muter-muter dan tanya-tanya,” jelas Asep.
Bukan hanya saat mencari alamat saja masalah itu muncul. Asep juga sering diminta memarkir mobil jenazah jauh dari warung saat ia hendak makan.
“Terkadang juga pas mengantar jarak jauh dan kita lapar. Mau mampir warung buat makan, biasanya banyak pemilik warung yang minta mobilnya diparkir jauh dari warung,” ungkapnya.
Meskipun kendala sering dirasakan oleh Asep dan kawan-kawan. Tetapi ia tetap sabar dan terus berusaha menyelesaikan masalah dengan tangan dingin. Akhirnya pun semua permasalahan dapat teratasi.
“Namun ya dapat teratasi saat bekerjasama dengan kepolisian. Tapi jika tidak ada identitas, kita bawa ke pemakaman khusus jenazah tanpa identitas, di daerah Ciawi, Bogor, Jawa Barat,” tambahnya.
Terlepas dari kisah duka yang sering melanda Asep dan Tim Barzah Dompet Dhuafa lainnya, tentu ada pula kisah menyenangkan yang pernah dirasakannya. Asep mengaku kalau dirinya saat melayani jenazah kemanapun, dapat menambah pengalamannya.
“Sukanya ya kita bertambah pengalamannya, bisa keliling daerah dan luar kota. Sama juga awalnya kita kan asisten driver, dengan menekuni pekerjaan ini, sekarang bisa menjadi driver dan didorong untuk memiliki sim. Termasuk kita juga paham akan tips dan trik membawa mobil ambulance jenazah saat isi jenazah,” jelas pria 32 tahun tersebut dengan terkekeh.
Asep juga mengaku profesi yang ditekuninya itu yang terpenting mampu menambah saudara. Hal itu diungkapkan karena seringnya keluarga dari jenazah yang pernah ia antarkan masih menegur sapa dan lebih-lebih memintanya untuk mampir saat ada mengantar jenazah di kotanya.
“Yang lebih penting menambah jaringan persaudaraan. Karena tak jarang kita kalau pas ada orderan pemulasaran jenazah keluar kota, dan di kota itu ada keluarga jenazah yang dulu pernah kita antar, biasanya kita saling kontak dan kalau ada waktu kita disuruh mampir,” tutup Asep. (Dompet Dhuafa/Rico SR).