Suka Duka Penghafal Qur?an, Raih Kesuksesan

Meraih kesuksesan bukanlah hal mudah. Berbagai rintangan dan hambatan senantiasa dihadapi setiap orang, ketika menggapai impian yang diharapkan. Hal tersebutlah yang juga pernah dirasakan Syayma Karimah, penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) Dompet Dhuafa, yang juga merupakan penghafal Qur’an ini.

Syayma, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini bercerita, sejak kecil, pada dirinya  telah ditanamkan oleh orangtua agar menjadi salah satu dari empat opsi cita-cita dan masa depan yang kelak akan diraihnya. Opsi tersebut di antaranya, wirausaha, ilmuwan, pemimpin, atau profesional.

“Karena kita jangan sampai merepotkan umat dan justru yang mestinya membimbing mereka,” ungkapnya.

Meskipun lahir dari keluarga yang berkecukupan, dara asal Jawa Barat ini memutuskan untuk bermimpi di usia 20 tahun harus memiliki penghasilan sendiri, agar mampu mandiri tak bergantung lagi dengan orangtuanya. Kemantapan hatinya tersebut, juga dilatarbelakangi masa kecilnya yang telah di didik dengan menjajakan kue kacang di sekolah semasa SD. Keprihatinan dan mandirinya sosok Syayma dalam menjalani hidup akhirnya berbuath manis. Kini, ia pun berhasil menjalani bisnis usaha kerudung. Meski demikian, langkahnya dalam menjalani usaha tersebut tak selalu mulus.

Salah satu kondisi pelik yang dihadapinya adalah suatu kali pernah hanya mengantongi uang rupiah berwarna abu-abu yang harus cukup hingga ada pemasukan lagi dari bisnisnya yang tidak tentu kapan. Ternyata, dalam keadaan ini, Syayma mampu bertahan sampai selama satu minggu.

“Saya percaya Allah yang akan menanggung rezeki hamba-hamba-Nya. Jadi waktu itu saya coba nikmatin aja. Kalau untuk makan kadang dapat dari seminar pas jadi pembicara. Karena tinggal di pesantren mahasiswi juga sering ada yang ngasih makanan buat rame-rame gitu. Kalau ke kampus yang  biasanya naik motor biar lebih hemat saya jalan kaki,” ungkapnya.

Syayma pun mengakui, kedua orangtuanya masih sering mengirimkannya uang saku setiap bulan. Namun, ia memilih untuk tak menggunakannya kecuali untuk kepentingan kuliah yang tak terduga. Kini, pendapatan Syayma dari kerudung mencapai Rp 15-20 juta per bulan. Syayma menyebut, usahanya memperoleh pendapatan ini merupakan suatu bentuk aktualisasi diri.

“Dari berwirausaha kan kita bisa belajar beker jasama, nambah kenalan, dsb. Jadi bukan untuk menyaingi dan menjadi lebih hebat daripada kaum lelaki. Ini bentuk pembelajaran tentang kehidupan,” pungkasnya. (Beastudi Dompet Dhuafa/uyang)