Sukamto, Berdikari dengan Ternak Sapi Perah

Hingga saat ini, susu masih menjadi konsumsi yang diminati oleh banyak kalangan. Mulai dari susu murni itu sendiri maupun susu olahan. Manfaat dan zat yang terkandung dalam susu itu lah yang menjadikan susu masih digemari dari berbagai usia.

Beternak sapi perah, menjadi pilihan mata pencaharian di berbagai belahan dunia. Salah satunya di wilayah Dusun Plosorejo, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Setelah erupsi gunung Merapi di tahun 2010 yang melumpuhkan berbagai lini kehidupan salah satunya lini perekonomian.

Kerugian akibat erupsi merapi tahun 2010 juga dirasakan Sukamto. Salah satu penerima manfaat Dompet Dhuafa. Keseharian Sukamto dengan beternak sapi potong mengalami kerugian besar-besaran pasca erupsi merapi. Demi kelangsungan hidup Sukamto dan keluarganya Sukamto menjual beberapa sapi potong miliknya yang selamat.

Semangat Sukamto untuk terus hidup dengan layak seperti sedia kala, mengantarkan langkahnya bertemu Dompet Dhaufa di tahun 2011. Dompet Dhuafa menggelar program pemulihan pasca bencana erupsi merapi dengan program ternak sapi perah, seperti yang kini dijalani Sukamto.

“Dompet Dhuafa hadir di awal tahun 2011 dengan membawa bantuan dana untuk membeli 10 ekor sapi perah juga dana pembuatan kandang sebesar Rp 1,5 juta. Sebagai warga korban bencana yang telah kehilangan banyak harta benda, saya merasa senang dan dan bersyukur dengan bantuan ini,” tutur bapak dua putra ini.

Terbiasa beternak sapi potong, Sukamto mengalami kesulitan dengan beternak sapi perah karena belum pernah sebelumnya menjalankan usaha semacam ini. Namun bantuan yang diberikan oleh Dompet Dhuafa tidak hanya dalam bentuk dana melainkan juga dengan pendampingan dan pelatihan cara beternak.

“Setelah mahir beternak saya dapat memerah sapi produktif setiap pagi dan sore. Pada masa produktif, satu sapi bisa menghasilkan 15 liter susu. Sedang pada masa kering satu sapi menghasilkan kurang lebih 7 liter. Setelah itu susu saya jual di Rumah Susu Ngudi Makmur,” jelas Sukamto.

Rumah Susu Ngudi Makmur dibangun Dompet Dhuafa karena perkembangan ternak di Cangkringan berkembang dengan pesat. Rumah ini dimanfaatkan untuk menampung hasil perahan susu peternak daerah setempat.

Dari awal Dompet Dhuafa memberikan bantuan 10 ekor sapi untuk 10 peternak kini menjadi 30 peternak. Jumlah ternak juga meningkat hingga lebih dar 100 ekor sapi. Seperti halnya Sukamto, saat ini ia telah memiliki 10 ekor sapi, meskipun baru ada 4 ekor yang produktif selebihnya anakan.

Namun ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Sukamto, ia dapat berdikari dan menghidupi seluruh keluarganya dengan beternak sapi perah. Selain itu secara tidak langsung Sukamto telah membantu banyak kalangan untuk dapat menikmati sehatnya susu sapi murni.

“Dompet Dhuafa benar-benar memperhatikan penerima manfaatnya 100%. Karena segalanya diberikan, mulai dari dana, alat, hingga pelatihan dan tatacara beternak. Saya sangat senang sekali bisa memiliki usaha seperti yang saat ini saya jalani. Maturnuwun sanget Dompet Dhuafa,” ungkap Sukamto sumringah.(Dompet Dhuafa Jogja/Hmd)

 

Editor: Uyang