Tak Hanya Bantuan Material, 3 Hal Ini yang Membuat PFA Juga Penting Untuk Anak-Anak Korban Bencana

Bagi penggiat bidang psikologi, istilah PFA sudah tidak asing lagi ditelinga mereka. PFA yang merupakan singkatan dari Pshycological First Aid, adalah dukungan atau pertolongan psikologis pertama yang membantu para korban bencana untuk bisa segera kembali beradaptasi ke aktivitas sehari-harinya, seperti bermain, belajar, dan aktivitas produktif lainnya. Saat bencana para korban pasti mengalami depresi. Pertolongan pertama tak hanya pada mereka yang terkena masalah fisik saja namun juga terkait psikologis manusia. Untuk itu, PFA sangat dibutuhkan agar anak-anak tidak mengalami trauma berkepanjangan.

Berikut beberapa hal yang membuat PFA menjadi sangat penting untuk diberikan pada korban bencana, khususnya anak-anak.

  1. Memulihkan Depresi dan Membangun Psikis yang Ceria

Melalui program PFA, anak-anak tidak akan larut pada ingatan soal bencana yang pernah menimpanya. Emosi negatif, histeris, ketakutan, dan kedukaan akan teralihkan dengan aktivitas yang ceria dan menyenangkan. Jika aktivitas produktif dan suasana yang terbangun adalah suasana yang mencekam atau suram, hal ini tentu sangat mempengaruhi psikologis mereka. Semakin lama dan semakin sulit untuk mereka bisa bangkit dari memori bencana yang menyedihkan dan menyeramkan.

  1. Bekasan Mendalam Mudah Direkam dalam Memori Anak-Anak

Usia anak-anak biasanya sangat mudah merekam kejadian dan menyimpannya dalam memori hidupnya. Di masa hidupnya yang masih panjang dan juga memiliki masa depan selanjutnya, jangan sampai bekasan mendalam yang tersimpan di memori adalah bekasan yang negatif. Untuk itu, PFA sangat penting dilakukan untuk mengganti bekasan negatif yang berpotensi menjadi trauma, berganti dengan memori yang indah. Misalnya saja, pengalamannya mendapatkan kasih sayang Kakak relawan di pengungsian, keceriaan bersama teman-teman lainnya, atau pengalaman baru belajar sesuatu.

  1. Trauma Satu Anak Dapat Mempengaruhi Anak-Anak Lainnya

Satu anak yang mengalami gangguan psikologis, tentunya akan mempengaruhi anak-anak lainnya. Kesedihan, ketakutan akan sangat mudah terlihat pada anak-anak korban bencana, dari raut wajahnya, apa yang disampaikan, dan perilaku-perilaku lainnya. Dapat dibayangkan jika trauma satu anak tidak disembuhkan, maka hal ini dapat mempengaruhi psikis teman-teman lainnya. Efeknya bukan hanya pada satu anak, melainkan seluruh anak yang hidup bersama di pengungsian.

Dompet Dhuafa dan Program PFA dalam Respon Bencana Gempa di Lombok

Dompet Dhuafa menyediakan program PFA sejak pertama kali respon bencana di Lombok 29 Juli 2018 lalu dilakukan. Bersama dengan relawan psikolog program PFA pun dilaksanakan. Aktifitas PFA untuk anak-anak seperti bermain bersama, belajar bersama, saling bercerita, hiburan, dongeng, dan sebagainya yang merupakan aktivitas produktif yang menghadirkan kecerian.

“Setiap anak-anak yang menghadapi bencana gempa, pasti akan mengalami depresi. Tapi jangan sampai depresi tersebut membuat mereka menjadi trauma yang mendalam dan ketakutan berlebih. Untuk itu, kami, Dompet Dhuafa menghadirkan program Pshycological First Aid (PFA) untuk anak-anak korban gempa”, ujar Maya Sita Darlina, Koordinator Pshycological Dompet Dhuafa.

PFA dalam konsep Dompet Dhuafa dikatrgorikan sebagai respon. Setelah dilakukan PFA dan jika diketahui ada yang mengalami trauma, maka tim PFA akan menindaklanjuti dengan memberikan rekomendasi kepada ahli nya. Namun secara umum setelah masa PFA ini selesai diberikan, tim akan menindaklanjutinya dengan mendirikan sekolah darurat  yang bekerjasama dengan pemerintah setempat.

Sekolah Darurat menjadi hal penting untuk dilakukan, mengingat banyak bangunan sekolah yang ikut runtuh dan rusak akibat gempa. Sedangkan, kebutuhan anak-anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan teman-temannya tetap harus dipenuhi.

PFA yang dilakukan Dompet Dhuafa secara lengkap tidak hanya dilaksanakan untuk anak anak tetapi juga untuk orangtua. Hal ini dikarenakan orangtua adalah pihak yang secara cepat menjadi stabil psikologisnya setelah bencana. Jika orang tua telah memiliki psikis yang positif dan stabil tentunya akan berdampak positif juga untuk anak-anak. Bagaimanaun anak-anak sangat mudah terpengaruh dengan kondisi orang tuanya.

Program PFA untuk orangtua di antaranya seperti memberikan pendampingan, saling berbagi cerita, konseling kelompok, teknik relaksasi, dan tujuannya adalah untuk memberikan dukungan satu sama lain.

Korban Gempa, khususnya anak-anak perlu perlindungan khusus. Mereka adalah masa depan bangsa dan wajah harapan keluarga juga orang tuanya. Mohon doa dan dukungan, agar tim Respon dan Kemanusiaan Dompet Dhuafa beserta relawan dapat memberikan yang terbaik bagi para korban bencana gempa bumi di Lombok. (Dompet Dhuafa/Annisa)