Tarni Move On dari Jeratan Lintah Darat

Matahari kala itu mulai meredup, namun perempuan paruh baya itu masih gesit meramu racikan bumbu gado-gado yang dijajakan di wilayah Sandratex, Ciputat, Tangerang Selatan. Nama perempuan itu Tarni (54). Setiap harinya, Tarni berdagang gado-gado membantu perekonomian keluarganya yang mengalami keterbatasan ekonomi, akibat terlilit hutang dengan rentenir.

Mata pencaharian sang suami, Masdi (58), sehari-harinya berjualan bubur ayam di pagi hari, belum bisa melunasi hutang-hutangnya dari jeratan sang lintah darat. Kendati demikian, Tarni tak mau pasrah begitu saja menerima nasibnya dalam keterpurukan. Ia berusaha bangkit dan terlepas dari beban hutang rentenir yang selalu membayangi hidup keluarganya.

Siang dan malam, Tarni dan sang suami bekerja keras membanting tulang. Mereka lakukan tidak lain untuk melunasi hutang-hutang tersebut. Selain mendapatkan penghasilan dari berjualan bubur ayam, sang suami juga bekerja serabutan menjadi kuli bangunan di sekitar wilayah Ciputat hingga Parung, Bogor, Jawa Barat.

“Alhamdulillah, hutang-hutang pelahan bisa lunas. Saya udah kapok pinjam modal ke situ (renternir) lagi,” ucap Tarni.

Kini, beban hutang yang selama ini menghantuinya telah sirna. Namun, masalah keterbatasan ekonomi yang dialaminya belumlah berangsur pulih. Usaha gado-gado dan bubur ayam yang ditekuni Tarni dan suami hampir 15 tahun tersebut terhenti lantaran modal usaha dan uang tabungannya habis untuk melunasi hutang.

Bukan hanya itu, selain memiliki tanggungan seorang anak yang masih duduk di bangku SMA, setiap bulannya, Tarni dan suami harus membayar kontrakan yang biayanya Rp 500 ribu per bulan. Ia menuturkan, ketika masih terlilit hutang dengan rentenir, ia pernah menunggak pembayaran kontrakan hingga 3 bulan.

“Uang Rp 500.000 itu gede banget. Jualan saya aja mandek (terhenti), uang dari mana saya,” akunya bersedih.

Sambil menunggu hari-harinya yang penuh ketidakpastian, Tarni berusaha memutar otak, mencari cara agar segala usaha yang dijalani ia bersama sang suami dapat kembali pulih kembali. Hingga suatu hari, seorang tetangga yang bernasib sama dengannya memberikan informasi terkait program Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa. Mendengar cerita dan pengalaman tetangganya tersebut, Tarni tanpa ragu memantapkan niatnya untuk bergabung dalam program tersebut.

Lewat STF Dompet Dhuafa, Tarni mendapatkan bantuan modal tanpa bunga. STF dikembangkan oleh Dompet Dhuafa untuk memainkan fungsi bank bagi masyarakat yang tidak bankable seperti Tarni.

“Alhamdulillah, sekarang saya sudah masuk pada pinjaman ke 4, pinjaman yang saya terima sebesar Rp 1.250.000,” katanya.

Kini, dengan modal usaha yang diterimanya, Tarni dan Masdi berusaha merintis usahanya kembali. Usaha warung gado-gado dan bubur ayam yang digelutinya semakin maju. Tarni bercerita, dalam sebulan, ia dan suami mampu mendapatkan penghasilan Rp 1.500.000 setiap bulannya.

“Saya beruntung kenal Dompet Dhuafa, saya hanya mampu bersyukur mengucapkan terima kasih,” pungkasnya. (uyang/gie)