Tebar Manfaat Melalui Social Entrepreneur Academy

Seleksi presentasi calon peserta SEA 2016 di Jawa Tengah.

 

TANGERANG SELATAN — “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90)

Berbuatlah kebaikan dan tebarlah manfaat. Sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, setiap manusia diperintahkan untuk berbuat kebaikan bagi sesama. Bahkan, akan lebih baik jika kita juga dapat mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan.

Inilah semangat yang dibawa oleh Dompet Dhuafa. Tidak hanya menebar manfaat, namun juga mengajak pihak lain bekesempatan untuk menebar kebaikan. Seperti program yang dibentuk oleh Dompet Dhuafa, Social Entrepreneur Academy (SEA). Program ini telah berjalan sejak 2013 sebenarnya, namun konsepnya mengalami perubahan pada tahun 2014. Program ini pun masih berlangsung hingga saat ini.

“SEA merupakan program pelatihan tahunan untuk wirausaha yang sudah mandiri, yang ingin melakukan pengembangan bisnisnya dalam bentuk pemberdayaan masyarakat,” ujar Ana Zuhrotun Nisa, penanggung jawab program SEA Dompet Dhuafa. “Tujuannya pertama, bagaimana dana zakat yang dihimpun oleh Dompet Dhuafa tersebar ke seluruh pelosok Indonesia yang membutuhkan. Seringkali, kami (Dompet Dhuafa) belum bisa menjangkau seluruh Indonesia. SEA ini, melakukan pelatihan kepada pengusaha daerah yang berpotensi dan berkeinginan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di daerahnya. Jadi daerah-daerah yang belum tersentuh oleh kita, dapat tersentuh oleh pengusaha-pengusaha ini,” tambah perempuan yang akrab dipanggil Ana ini.

Agar dapat mengikuti program SEA, para wirausaha akan menjalani proses seleksi terlebih dahulu. “Tahapan pertamanya ialah kami melihat daerah mana saja yang berpotensi, mana saja wirausaha yang memiliki potensi, kemudian kami akan lakukan seleksi,” ucap Ana. Setelah seleksi, maka akan dilakukan proses pelatihan dan pendampingan selama setahun. Pelatihan yang diberikan akan dilakukan selama lima hari.

Kemudian, pendampingan usaha yang diberikan ialah dengan memberikan dana stimulan kepada wirausaha, memperluas jaringan untuk memasarkan usahanya baik lewat pameran atau media.Bahkan jaringan untuk mendapatkan dana dan mentoring usaha. Dana stimulan ialah dana untuk stimulus program pemberdayaan mereka. Dana stimulan yang diberikan berkisar antara Rp. 10-25juta tergantung pada program mereka. Sedangkan mentoring usaha ialah setiap daerah akan diberikan satu mentor yang sebelumnya pernah berkecimpung di wirausaha sosial.

Ana berkata, “Nantinya, para wirausaha ini akan diminta untuk membuat proyek pemberdayaan masyarakat dalam pilar ekonomi, yang sesuai dengan bisnis yang mereka jalankan jika bisa. Dalam proyek pembedayaan tersebut, para wirausahawan ini dapat meningkatkan skill ke masyarakat, memberikan jaringan pemasaran, dan memberikan pelatihan dalam mengatur keuangan.Sehingga kemampuan berwirausaha mereka dapat ditularkan ke masyarakat”.

Setelah proses pendampingan selesai, maka yang dilakukan ialah evaluasi. Kelak seluruh peserta SEA akan dikumpulkan di Jakarta, dan akan dievaluasi mengenai bagaimana kemajuan mereka dalam menjalankan wirausaha sosial tersebut. Kemajuan tidak hanya diukur dari bagaimana profit yang didapat melainkan bagaimanakah pemberdayaan masyarakat tersebut.

Pada tahun 2016, nantinya akan dipilih 15 wirausaha yang akan menjadi peserta dari hasil seleksi yang dilakukan. Jika dilihat dari jumlah peserta, memang tidak begitu besar. Hal ini disebabkan karena SEA lebih berfokus kepada kualitas bukan kuantitas. Karena dengan banyaknya peserta akan lebih sulit untuk dipantau perkembangannya.

Program SEA ini juga mengalami keberhasilan pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti salah satu peserta SEA tahun lalu, Eko Novianto. Ana bercerita bahwa Eko merupakan salah satu contoh yang berhasil melakukan wirausaha sosial di Ambarawa.Eko melakukannya dengan mengubah eceng gondok menjadi kerajinan yang bernilai jual tinggi. Eceng gondok yang tadinya merupakan tanaman hama, kini disulap menjadi barang yang lebih berguna. Eko dan kawan-kawan melakukan pula pembinaan secara intensif sebulan sekali baik berupa workshop untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berbisnis.

Ada lagi contoh kesuksesan lainnya seperti usaha tas rajut dari Pati yang dirintis oleh Anis Fitria. Ia memberdayakan para ibu di Pati untuk ikut berwirausaha bersama dengannya. Hal ini lah yang menjadi semangat dari wirausaha sosial itu sendiri, yaitu pemberdayaan masyarakat.

Dengan adanya SEA, Dompet Dhuafa berharap bahwa istilah social entrepreneur akan lebih dikenal dan dilaksanakan oleh masyarakat luas. Dengan demikian, masyarakat dan para wirausaha akan tertarik untuk menjalankan model bisnis tersebut. Sehingga, semangat untuk berbuat kebaikan pun akan beriringan dengan menyebarkan manfaat bagi lainnya. (Dompet Dhuafa/Diba Amalia)