Tingkatkan Penghasilan dengan Pemberdayaan Gula Kelapa

PACITAN– Penggunaan gula merah sudah umum di masyarakat. Gula merah atau disebut juga gula kelapa biasa digunakan sebagai bahan makanan atau minuman sehari-hari. Gula merah juga menjadi bahan baku utama dalam pembuatan kecap.

Tidak hanya bahan baku, gula merah ternyata juga bisa diolah menjadi varian lain yang bernilai jual tinggi. Varian tersebut adalah gula semut atau gula merah yang sudah melalui proses tertentu hingga berbentuk pasir.

Salah satu pembuat gula semut adalah Miswandi (58) asal Pacitan, Jawa Timur. Bapak empat anak ini sudah sejak 2006 menjadi pembuat gula semut. Tahun itu dimulai ketika ia bergabung dengan program pemberdayaan gula kelapa dari Dompet Dhuafa pada tahun 2006-2008. Sebelumnya, sejak 1977 Miswandi menjalani profesi sebagai penderes (pengolah nira kelapa menjadi gula merah).

Sejak bergabung dengan program pemberdayaan gula kelapa dari Dompet Dhuafa, ada banyak manfaat yang diterima.

“Harga jual produk lebih tinggi. Sebelum adanya program, gula cetak dijual ke tengkulak dengan harga yang rendah, namun setelah adanya program, gula dibeli koperasi dengan harga yang tinggi”, ujar Miswandi di sela-sela aktivitasnya membuat gula semut.

Di tahun awal program bergulir misalnya, harga beli tengkulak Rp.1.250-Rp.1.500 per kilogram, padahal harga beli di pasaran Kota Blitar waktu mereka studi banding dengan tim Dompet Dhuafa mencapai Rp. 5.000 rupiah. Akhirnya produk diserap koperasi hasil bentukan program sesuai harga pasar. Saat ini harga sudah diangka Rp.15.000 per kilogram.

Penghasilan Miswandi pun otomatis bertambah. Dengan adanya pemberdayaan yang juga disertai pelatihan, membuat pengetahuan Miswandi tentang cara merawat pohon agar hasil nira dan cara mengolah nira menjadi hasil gula yang bagus.

“Dulu sebelum program hanya bisa membuat gula batok, sekarang sudah bisa membuat gula semut, juga membuat gula organik,” tutupnya. (Dompet Dhuafa/Erni)