Trisno, Yatim yang Bercita-Cita Jadi Peternak Milenial

Trisno, seorang anak yatim berusia 16 tahun di Subang yang bercita-cita menjadi seorang peternak sukses. Ia berfoto dengan kaus karang taruna di kandang domba.

SUBANG, JAWA BARAT — Langit sore di Desa Kaliangsana, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat mulai menjingga pada Rabu (29/5/2024). Ketika itu waktu menunjukkan pukul 16.40 WIB. Suara kambing riuh mengembik seperti paduan suara, tanda bahwa inilah waktunya mereka diberi pakan sore.

Trisno, seorang remaja berusia 16 tahun yang mengenakan seragam karang taruna, terlihat tekun memberi makan domba-dombanya. Sebagai peternak plasma milenial, ia merawat belasan domba dengan penuh dedikasi. Ketika Tim Quality Control (QC) Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa datang untuk menimbang domba-dombanya, Trisno dengan telaten memberi makan dengan hijauan segar yang baru saja diaritnya dari kebun.

Sebelum menjadi peternak plasma mitra Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa, Trisno hanyalah seorang remaja biasa yang bekerja di kandang domba. Seiring keterampilannya yang makin terasah dalam mengelola ternak domba, sudah hampir setahun ia dipercaya menjadi mitra peternak plasma yang mengelola hampir selusin domba oleh Koperasi Usaha Tani Cipta Mandiri yang merupakan salah satu mitra ternak Tebar Hewan Kurban.

Baca juga: Kurban di Luar Negeri: Kebaikan yang Menjangkau Dunia

Koperasi ini biasa memberdayakan masyarakat untuk mengelola ternak dengan pola kemitraan inti-plasma yang di masyarakat sering disebut konsep “maro” yang artinya dari ternak yang dikelola peternak mendapatkan separuh dari keuntungan penjualan ternak.

Sejak ayahnya wafat dan ibunya jatuh sakit, Trisno yang masih remaja terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Dengan penuh semangat, ia bekerja keras mengasuh adiknya dan membiayai sekolahnya, meski beban itu berat di pundaknya yang muda.

Trisno, seorang anak yatim berusia 16 tahun di Subang yang bercita-cita menjadi seorang peternak sukses.
Trisno, kala mengangon domba di kandang ternak mitra Dompet Dhuafa.

Tiba saatnya proses QC, ia telah selesai memberi makan domba, Trisno menurunkan dombanya satu persatu untuk ditimbang, dan diperiksa kesehatannya. Hewan jantan yang sehat adalah kriteria yang ditetapkan untuk setiap hewan kurban Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa.

Sebab selain menyajikan kurban jantan sebagai sebuah keutamaan, Dompet Dhuafa juga mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan 12, yaitu Konsumsi dan Produksi yang bertanggung jawab. Penjualan hewan kurban juga sebaiknya dilakukan secara bertanggungjawab, dalam artian tidak menjual hewan kurban betina secara besar-besaran yang akan memicu berkurangnya populasi ternak dalam jangka panjang.

Baca juga: Tempuh Medan Terjal, Demi Proses Quality Control THK Dompet Dhuafa

Senyum mengembang di wajah Trisno ketika satu persatu domba hasil perawatanya lolos QC dengan capaian bobot yang bagus. Dari 11 ekor domba perawatannya yang ditimbang, seluruhnya dinyatakan lolos QC oleh Dompet Dhuafa.

“Alhamdulillah masuk banyak ini domba saya,” pungkas Trisno.

Kegembiraannya makin bertambah karena jerih payahnya akan membuahkan hasil. Bagaimana tidak, dari penjualan setiap domba rawatannya, Trisno akan mendapatkan setengah dari keuntungan, yang sangat berarti bagi keluarganya.

“Alhamdulillah saya senang banget. Nggak kerasa sudah mau satu tahun. Semoga saya bisa jadi pengusaha domba sukses juga kayak yang lain. Biar bisa bantu adik bisa sekolah,” tutur milenial yang sudah sejak kecil menjadi yatim, dengan optimis.

Sebagai milenial, Trisno tidak malu untuk menjadi seorang peternak. Baginya berkah ini patut disyukuri, sebab tidak semua pemuda dipercaya mengelola ternak. Di sini, ia bisa belajar banyak tentang cara beternak domba modern untuk mencapai cita-citanya menjadi peternak domba sukses di masa depan. (Dompet Dhuafa)

Teks dan foto: Muhamad Arya Kurniawan
Penyunting: Anndini Dwi Putri