Tumbuh Bersama, Lestarikan Aset Budaya Nusantara di Kasepuhan Sinar Resmi

Langit cerah menghiasi wilayah Kasepuhan yang berpenghuni sekitar 73 KK ini. Hamparan sawah  luas membentang menjadi panorama alam yang menyejukkan mata, bagi siapa saja mengunjungi wilayah yang dikenal masih menjaga keluhuran adat istiadat ini. Senyum dan sapaan hangat yang tersirat, bukan hanya menjadi ciri khas, melainkan kebiasaan hidup sehari-hari yang selalu diterapkan warga di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Abah Asep Nugraha, Ketua Adat Kasepuhan Sinar Resmi menjelaskan, untuk menjalani kehidupan sehari-hari, warga di Kasepuhan selalu bercermin pada hukum adat yang telah diterapkan. Begitu juga halnya dengan tradisi menjaga benih lokal, khususnya benih padi yang sudah dilestarikan turun-temurun sejak 5 abad lalu. Kelestarian yang dijaga pun membuahkan hasil. Terdapat 60 jenis benih padi unggul yang kelak menjadi cikal bakal ketahanan pangan bagi warga Kasepuhan.

“Bila peraturan adat terus diterapkan, insya Allah saya yakin, Tuhan juga pasti akan permudah semuanya. Bila melakukan kebaikan, pasti Allah balas dengan kebaikan yang berlipat ganda,” ucapnya tersenyum.

Proses penanaman benih padi di Kasepuhan Sinar Resmi selalu dilakukan setiap setahun sekali. Menurut Abah, hal tersebut sesuai dengan konsep pertanian yang dijunjung tinggi adat Kasepuhan selama ini. Tanah Bumi diibaratkan sebagai ‘ibu’ yang menjadi lahan pertaniannya, dan langit menjadi ‘ayah’ yang selalu memberikan manfaat melalui musim penghujan dan sinar matahari.

Melihat kearifan lokal yang begitu terjaga di Kasepuhan Sinar Resmi, membuat Dompet Dhuafa sebagai lembaga zakat yang bergerak lebih dari 20 tahun dalam bidang pemberdayaan sosial, turut mendukung pelestarian benih lokal di kawasan tersebut. Melalui Pertanian Sehat Indonesia (PSI) Dompet Dhuafa menginisiasi Program Bank Benih, di mana Dompet Dhuafa mendampingi masyarakat Kasepuhan dalam melakukan pendataan 60 benih lokal, hingga membukakan lahan khusus untuk penanaman benih. Tidak hanya lahan, kini Dompet Dhuafa telah mendirikan 3 unit leuit yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan padi.

“Kalo ini sampai hilang (varietas padi), apalagi bila sampai dimiliki oleh pihak asing, maka ini akan jadi miliki asing. Untuk itu, lewat Bank Benih dan Agrobudaya kita harus berusaha untuk mempatenkan jenis padi ini,” ujar Parni Hadi, Dewan Pembina Dompet Dhuafa, saat peresmian Program Agrobudaya, di Kasepuhan Sinar Resmi, pada Ahad (12/4).

Parni menuturkan, budaya tidak bisa dilepaskan dengan kearifan lokal yang ada, seperti halnya bercocok tanam, dan memiliki tradisi dari leluhur yang dipercaya hingga sekarang. Dengan demikian, sebagai makhluk yang beradab, setiap orang harus menghargai hal tersebut, karena itu merupakan bagian kultur yang sudah diwarisi adat setempat.

“Unik ketika mendengar, peraturan adat, masa menanam dan panen padi hanya dirasakan setiap tahun sekali.  Ada masa istirahatnya. Ini kearifan lokal yang membawa manfaat tersendiri, sebab masa istirahat tersebut mampu menghindari hama yang biasanya sering sekali datang setelah masa panen,” jelasnya.

Di lahan seluas 7200 meter persegi, Dompet Dhuafa memulai pelestarian benih lokal di Kasepuhan Sinar Resmi. Sebanyak 9 jenis padi pun sudah mulai ditanam di antaranya, Sri Kuning, Pare Salak, Raja Denok, Cere Kawat, Balintung.

“Kita melestarikan bukan hanya diawetkan saja, tapi kita juga harus jaga keseimbangan adat istiadat di kasepuhan antara perkembangan teknologi yang baru yang semakin berkembang ” pesannya. (uyang)