Tumor Tak Lumpuhkan Semangat Rian Bersekolah

Foto: Kondisi Afriansyah (14) setelah setahun menjalani perawatan dengan dampingan tim Dompet Dhuafa Singgalang dalam memerangi penyakit tumor Neurofibromatosis yang ia derita semenjak kecil. (ist)

 

PADANG — Didiagnosa penyakit langka dan kritis, bocah ini pantang untuk memasrahkan diri pada nasib. Afriansyah (14), merupakan salah satu mustahik kesehatan asal Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok. Ia didiagnosa mengalami tumor ganas, atau dalam bahasa ilmiahnya Neurofibromatosis. Semenjak Februari 2015 hingga saat ini, Dompet Dhuafa Singgalang tengah mendampingi Rian meraih kesembuhannya.

Tumor yang sudah menjangkit area lutut hingga telapak kaki, menuntut ia harus mengikhlaskan kaki kirinya untuk diamputasi. Apa daya, jika tidak segera diamputasi, tumor ini dikhawatirkan menyerang sebelah kaki Rian lainnya.

Kondisi kesehatannya ini menunda Rian untuk menyelesaikan masa-masa akhir ia belajar di bangku sekolah dasar. Saat kondisinya memburuk tahun 2015 lalu, Rian tengah menduduki bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Tepat sepuluh hari sebelum ujian mid sekolah. Mengingat kesehatannya yang terus menurun di saat itu, keberangkatannya ke Jakarta untuk menjalani operasi tak mungkin ditunda lagi. Karenanya, Rian harus menunda rangkaian ujian untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar hingga tahun berikutnya.

Kini kondisi Rian berangsur membaik. Telah empat tahap operasi dilaluinya. Meski belum menyelesaikan tahap perawatan, Rian menyempatkan diri untuk pulang ke kampung kelahirannya, Solok. Ia ingin menyelesaikan pendidikannya yang sempat terhenti di tahun lalu.

“Rian ingin pulang, mau ikut ujian sekolah,” ungkapnya polos. Rian berangkat dengan bus dari Jakarta pada Senin (28/3) lalu, dan telah tiba di Solok pada Rabu (30/3) dengan selamat.

Rian ingin kembali masuk sekolah hari ini, Senin (4/4). Tak peduli tanpa kaki kirinya, ia ingin menuntut ilmu seperti anak-anak lainnya. Baginya, belajar adalah hal yang menyenangkan, kelak ia bercita-cita dapat mengubah kehidupannya lebih baik lagi dengan menuntut ilmu.

Saat ini Rian tengah belajar mengenakan kaki palsu yang ia dapatkan berkat bantuan dari para donatur dan masyarakat Sumatera Barat melalui Dompet Dhuafa Singgalang. Ia ingin bisa bergerak lebih bebas, dibanding saat ini yang hanya bisa beraktifitas sambil duduk kursi roda.

“Belum terlalu bisa memakainya, belum terbiasa,” ungkap Rian yang saat ini masih terbiasa duduk di kursi roda.

Meski telah melewati fase operasi, Rian masih memerlukan penanganan khusus untuk tonjolan di kerangka tulang punggung akibat tumor yang ia derita. Pihak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, tempat Rian dirujuk, mengharuskan Rian untuk mengenakan korset khusus sebelum dan selama proses operasi Rian nantinya.

Namun biaya yang diperlukan tidak sedikit. korset khusus ini membutuhkan biaya sebesar 3,5 juta. Korset ini sangat diperlukan untuk menahan tulang punggung dan pinggul Rian agar dapat berdiri tegak karna kondisi tulangnya yang rapuh. Disamping biaya yang tidak sedikit, juga dibutuhkan waktu dua bulan waktu untuk pemeriksaan dan pembuatan korset khusus ini. Mari terus gelorakan gerakan zakat, infak, sedekah dan wakaf untuk dapat menyehatkan maupun memberdayakan sesama. (Dompet Dhuafa Singgalang/Nisa)