Umi Anis, Pejuang Ekonomi Berdayakan 1.000 Mitra

Siapa yang menyangka, bermula dari sebuah hobi membuat kerajinan tangan flanel perempuan bernama Jauharotun Anisak atau biasa disapa Umi Anis ini kini mampu memberdayakan 1.000 mitra setiap tahunnya. Sejak tahun 2000, ia mulai menggeluti usahanya tersebut. Hobi yang dimilikinya ternyata mengundang minat dari masyarakat yang ingin belajar. Hingga pada akhirnya, Umi Anis pun membuka Lembaga Kursus dan Pelatihan yang diberi nama LKP Adenis pada tahun 2006.

“Masyarakat terutama para remaja begitu tertarik mengikuti kursus dan pelatihan kerajinan tangan yang saya adakan. Ini salah satu jalan saya untuk melakukan pemberdayaan bagi lingkungan,” ujar perempuan asal Cilegon, Banten ini.

Seiring berjalannya waktu, Umi Anis menuturkan, kini LKP Adenis sendiri memiliki rumah industri, rumah kursus yang saat ini menjadi LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan), agen bahan baku kerajinan tangan flanel dan toko hasil kerajinan dengan 10 jenis produk kerajinan tangan.Produk-produk hasil kerajinan tangan yang menumpuk dari hasil belajar ini membuat Umi Anis memiliki ide untuk menjualnya di berbagai kesempatan, mulai dari menjajakan dan menggelar di tempat umum hingga mengikuti pameran. Dari ikhtiarnya tersebut, kini permintaan produknya semakin meningkat.

Dari usahanya yang semakin berkembang, Umi Anis semakin memantapkan hati untuk terus bermanfaat bagi orang-orang di sekitar tempat tinggalnya yang berada di kawasan Kelurahan Karang Asem, Kecamatan Cibeber, Cilegon, Banten. Ribuan mitra yang diberdayakannya saat ini mampu mandiri dalam memproduksi dan memasarkan produk-produk kerajinannya. Binaannya yang telah mandiri kini menjadi mitra yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

“Alhamdulillah, rasanya senang sekali bisa berbagi ilmu dan keterampilan yang saya miliki. Kebahagiaan seperti ini yang terus saya harapkan dalam hidup,” papar perempuan yang dikenal murah senyum ini.

Lebih lanjut, Umi Anis melanjutkan cerita, ketika menjani usaha kerajinan tangan flanel pertama kali, ia mengeluarkan modal awal Rp 87.000 dan membeli limbah kainyang harganya lebih murah sebagai bahan tambahan. Produk kerajinan yang telah diproduksi nantinya akan dijual dengan sistem panggajian untuk setiap produk yang dihasilkan.

Kini, usaha produksi kerajinan tangan flanel yang ditekuninya terus berkembang. Hal tersebut lantas tak pernah membuat Umi Anis lupa diri. Menurunya, kesuksesan usahanya merupakan karunia dan rizki yang diberikan Allah Swt kepada ia dan keluarga. Atas keuntungan usahanya, Umi Anis memberikan porsi zakatnya untuk menyantuni dan menghidupi anak-anak dhuafa mulai dari mencukupi kebutuhan hingga pendidikan juga melatih mereka dengan keterampilan yang dimilikinya.

“Karena dari rizki yang kita nikmati, juga ada rizki yang harus kita sisihkan untuk mereka yang membutuhkan,” pesannya.

Dedikasinya dalam pemberdayaan dalam bidang ekonomi membuat Dompet Dhuafa, memilihnya menjadi penerima penghargaan dalam Gelaran Dompet Dhuafa Awards 2015. Gelaran tersebut sebagai bentuk apresiasi yang diberikan Dompet Dhuafa kepada insan-insan yang berdedikasi melakukan perubahan yang lebih baik untuk bangsa Indonesia.

Kesuksesannya dalam menggeluti usaha kerajinan tangan flanel, menjadi awal langkahnya dalam menyebarkan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya hingga mampu memberdayakan ribuan mitra. Semoga, kisah hidup serta kegigihannya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, tergerak untuk tumbuh bersama memperjuangkan pemberdayaan ekonomi yang lebih baik untuk bangsa ini. (uyang)

 

 “22 tahun Dompet Dhuafa Tumbuh Bersama, mari bergandeng tangan wujudkan kemandirian”