Berbagai Wabah Zaman Nabi Muhammad dan Penanggulangannya

Virus Covid-19 telah tetapkan menjadi pandemi atau wabah global oleh WHO. Rasulullah juga pernah mengalami masa-masa wabah. Kira-kira apa saja wabah yang pernah terjadi? Berikut ini ulasan berbagai wabah zaman nabi beserta penanggulangannya.

Wabah Penyakit Kusta

Penyakit kusta atau lepra pernah menjadi wabah zaman nabi. Seseorang yang mengidap kusta, kulitnya akan mengkerut. Bakteri menggerogoti bagian-bagian tubuh hingga berubah bentuk. Penyakit ini menular melalui cairan yang keluar dari hidung si penderita.

Wabah penyakit ini diriwayatkan dalam hadits, “Dari Anas Ibn Malik bahwa Nabi SAW pernah berdoa dengan: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari penyakit buruk lainnya.” (HR. Abu Dawud)

Saat itu Rasulullah mengatasi wabah kusta dengan menghindari penyebabnya, atau menjaga jarak fisik dengan penderita. Hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”

Di masa sekarang, cara Rasulullah menghadapi kusta sama seperti physical distancing yang sedang kita lakukan. Fungsinya untuk mengurangi tingkat penyebaran penyakit. Sehingga tenaga medis tidak kewalahan untuk mengobati pasien yang telah terpapar penyakit.

Wabah Tha’un yang Sangat Menular

Selain penyakit kulit kusta, tha’un juga salah satu dari wabah zaman nabi. Tha’un merupakan penyakit yang berasal dari bakteri hewan. Penderitanya akan merasakan pembengkakan yang parah di kulit. Tubuhnya terasa panas dan sangat haus. Penyakit ini sangat menular dan menimbulkan kematian.

Penularan penyakit tha’un sangat cepat. Wabah ini ditanggulangi dengan cara karantina wilayah. Seperti yang dijelaskan dalam hadits riwayat al-Bukhari, “Dari Usamah Ibn Zaid, ia bercerita kepada Sa’d dari Nabi SAW, beliau bersabda: Apabila kalian mendengar Tha’un di suatu negeri, maka janganlah kalian masuk ke dalam negeri itu. Namun, jika ia menjangkiti suatu negeri, sementara kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut.” (HR. al-Bukhari)

Penjelasan lebih mendalam bagaimana cara Rasulullah melakukan karantina wilayah atau lockdown, dapat dibaca di artikel berikut ini "Begini Lockdown Zaman Nabi Untuk Mengatasi Wabah Penyakit".

Penyakit Kudis yang Meresahkan

Wabah zaman nabi lainnya adalah penyakit kudis. Penyakit yang menyebabkan gatal di kulit, dengan ditandai ruam bintik-bintik jerawat atau bekas lepuhan. Penyakit ini disebabkan oleh kutu kecil yang bersarang di kulit. Kutu yang beranak pinak, menyebar dari satu orang ke selainnya.

Penyakit kudis pernah diceritakan dalam hadits riwayat Ahmad, “dari ‘Abd Allah Ibn Mas’ud r.a. ia berkata; Rasulullah saw. berdiri di hadapan kami, lalu bersabda: Tidak ada sesuatu yang dapat menulari yang lain.

Ada seorang Arab pedalaman berdiri, kemudian ia membantah: Wahai Rasulullah, awal mula Kudis menyebar itu lewat mulut atau ekor seekor unta, lalu menyebar hingga unta yang lain menjadi Kudisan semuanya.

Kemudian, Rasulullah saw. bersabda: Lantas, siapa yang menulari unta yang pertama tadi?.” (HR. Ahmad)

Dari kisah wabah zaman nabi yang dipaparkan dalam hadits tersebut, kita dapat melihat tindakan Rasulullah untuk menanggulangi wabah kudis. Rasulullah menanyakan siapa yang menulari unta pertama kali, yakni untuk mencari mata rantai pertama yang terinfeksi.

Setelah menemukan orang pertama yang terinfeksi, kita jadi dapat mengetahui dengan siapa saja dia berinteraksi. Setelah itu, orang-orang yang telah berinteraksi dapat diobati lebih awal apabila belum parah, dan diisolasi sementara untuk tidak menulari selainnya.

Cara Nabi Muhammad mirip dengan rapid test corona. Yaitu mencari siapa saja yang terinfeksi virus covid-19, untuk dapat diisolasi lebih awal, agar penyebarannya tidak semakin parah.

Cacar Air Juga Pernah Menjadi Wabah

Wabah cacar air pernah terjadi di zaman Rasulullah. Penyakit yang ditandai degan bintik-bintik, demam, kehilangan nafsu makan dan terasa lemas. Bila seseorang menyentuh kulit penderita, atau terkena bersinnya, maka dia akan mudah tertular cacar air.

Sebuah hadits riwayat al-Hakim menceritakan tentang keringanan orang yang sedang sakit, “dari Ibn Abbas, ia memarfukannya (sampai kepada Rasulullah) tentang firman Allah, “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir.” (QS. al-Nisa’ [4]: 43) beliau berkata: Jika seseorang terkena luka di jalan Allah, atau bernanah, atau terkena penyakit Cacar, lalu dia terkena junub dan takut seandainya dia mandi, akan menyebabkannya meninggal, maka dia boleh bertayamum.” (HR. al-Hakim)

Selama terkena penyakit cacar, penderita diberikan kemudahan untuk melakukan syariat Islam. Bila takut mandi karena sangat terasa sakit, penderita diperbolehkan tayamum.

Dalam konteks wabah saat ini, menunjukkan bahwa untuk menghadapi penyakit, kita dapat melakukan alternatif lainnya dalam menjalankan ibadah. Contohnya bila tidak kuat untuk sholat berdiri, maka diperbolehkan sholat duduk.

Pelajaran dari Wabah Penyakit Campak

Campak adalah sejenis penyakit kulit yang menimbulkan bintik-bintik di seluruh tubuh. Penyakit ini menular, ditandai dengan demam dan batuk. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, menceritakan tentang pertanyaan seorang wanita mengenai penyakit campak.

“Dari Asma’ berkata; seorang wanita bertanya kepada Nabi saw. katanya: Wahai Rasulullah, sesungguhnya puteriku menderita penyakit Campak, hingga rambutnya rontok, sementara saya hendak menikahkannya, apakah saya boleh menyambung rambutnya? Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah melaknat orang yang menyambung rambutnya dan yang minta disambung.” (HR. al-Bukhari)

Jika rambut anak wanita tersebut tetap disambung, maka pernikahan itu akan terjadi. Sedangkan sang anak sedang menderita campak dan berpotensi menularkan. Dari hadits tersebut kita dapat memahami, bahwa seseorang dengan sakit menular perlu disembuhkan secara total sebelum kembali bersosial.

Hikmah Dari Wabah Zaman Nabi

Wabah di dunia ini tidak terjadi sekali. Orang-orang di masa lalu juga pernah merasakan kondisi serupa, dan berusaha keluar dari wabah. Termasuk wabah zaman nabi yang cukup meresahkan pada saat itu.

Kita dapat belajar dari bagaimana cara Rasulullah menghadapi wabah. Dengan physical distancing, karantina wilayah, rapid test, dan lain sebagainya. Insya Allah, jika kita lakukan secara bersama-sama, saling membantu, dengan konsisten dan hati yang teguh, wabah virus corona akan segera berlalu.

Sahabat dapat berdonasi di Dompet Dhuafa untuk berikhtiar #BersamaLawanCorona. Hasil donasi akan disalurkan untuk mendukung penanggulangan wabah corona. Semoga wabah ini segera mereda, dan semoga kita semua senantiasa berada di dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.