Wisuda Tahfizh Al-Qur’an, Lahirkan Tahfizh Qur’an untuk Pemimpin Peradaban

BOGOR — Penghafal Al-Qur’an ialah orang yang membaca, menghafal, dan memperhatikan bacaan Al-Qur’an, mengetahui halal dan haram yang terkandung di dalamnya, serta mengamalkannya. Penghafal Al-Qur’an tidak hanya mengingat dan melafalkan di lisan saja. Tetapi juga penghafal Qur’an yang menanamkannya dalam hati, dan mengamalkannya dalam sikap, serta kesehariannya.

Ekselensia Tahfizh School merupakan sekolah yang berfokus pada tahfizh, islamic studies, dan leadership. Pada 2022 ini, merupakan tahun ke-4 Ekselensia Tahfizh School berdiri. Akhir pekan lalu, tepatnya Sabtu (25/6/2022), bertempat di Aula Zona Madina, Ekselensia Tahfizh School meluluskan 9 santri terpilih dari seluruh Indonesia. Mereka telah menyelesaikan dan menempuh jenjang pendidikan selama 3 tahun.

July Siswanto, S.Ag selaku Kepala Etahfizh dalam sambutannya mengatakan, “Di tahun ke-4 ini, Etahfizh telah memberikan manfaat pada 40 santri dari 15 provinsi di Indonesia. Haqer angkatan ke-2 tahun ini lulus dengan capaian hafalan minimal 10 juz dan maksimal 30 juz. Merupakan capaian yang baik dan cemerlang. Mereka adalah santri yang sabar dan penuh dengan kegigihan yang membuahkan hasil manis dengan lulus 100%. Mereka menyandang predikat zayid dan zayid zidan. Kemudian 3 dari 9 wisudawan juga telah dinyatakan diterima sebagai calon mahasiswa di Universitas Negeri Indonesia. Mudah-mudahan santri yang lain 100% masuk ke perguruan tinggi.”

Menghafal Al-Qur’an bukanlah pekerjaan mudah, akan tetapi dengan semangat dan keja keras yang nyata, para tahfizh yang biasa disapa Haqer ini mampu lulus hafalan Al-Qur’an dengan predikat baik hingga sangat baik. Al-Qur’an tidak hanya menjadi bacaan dan hafalan. Akan tetapi menjadi sumber peradaban. Sesuai dengan tema hari ini “Kolaboraksi lahirkan tahfizh Qur’an pemimpin peradaban”.

Ustaz Ahmad Shonhaji selaku Direktur Dakwab, Budaya, Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat menyampaikan pidatonya dalam wisuda Haqer #2.

Ustaz Ahmad Shonhaji, selaku Direktur Dakwah Budaya Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa memberikan sambutan, “Santri yang hari ini wisuda harus bersiap-siap untuk merefleksikan Al-Qur’an sebagai modal pendidik dan pemimpin-pemimpin hebat di masa yang akan datang. Ini merupakan salah satu program dakwah Dompet Dhuafa yang transformatif. Karena menjawab berbagai macam persoalan yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan kemampuannya sampai saat ini, baik di bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dakwah, dan bidang lainnya termasuk budaya. Dengan pendekatan philantropi, welas asih, dan intrepreneur yang berfokus untuk pengembangan kualitas sumber daya manusianya dan pemimpin bangsa di masa depan kelak.”

Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah bagaimana kita terus mengkaji dan menggali dari isi Al-Qur’an itu. Bagaimana kita mampu memahami Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar, amal yang melahirkan kerahmatan dan sesuai dengan konteks. Dengan adanya penghafal Al-Qur’an ini, tentunya islam akan tetap asli, kontekstual, dan diselaraskan konteks dengan teks tersebut.

“Al-Qur’an merupakan sumber dari kemajuan itu. Sejak awal Al-Qur’an diturunkan memerintahkan kita untuk membaca, meneliti, menghendaki umat islam agar menjadi pemimpin yang terdepan, bukan yang terbelakang. Maka dari itu, kita perlu menjadi pionir untuk memajukan peradaban umat manusia baik peradaban dalam ilmu teknologi, maupun peradaban moralitas yang tinggi. Kita harus mampu mengawal kemajuan peradaban umat kita saat ini. Jika kemajuan ditopang oleh Al-Qur’an, maka akan menjadi moralitas yang tinggi dan penuh kemajuan luar biasa,” tambah KH. Ahmad Zubaidi, M.A, selaku Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat. (Dompet Dhuafa/Sarra NF)