Ajaran Islam: Mengejar Kebahagiaan Boleh, Bermegah-megahan Tidak

Gambar menunjukkan seorang pria yang menghamburkan uang sebagai ilustrasi untuk orang yang bermegah-megahan

Di era media sosial yang berkembang pesat, gaya hidup serba glamour dan bermegah-megahan para selebritas dan pemengaruh (influencer) di internet menjadi tontonan bagi masyarakat luas. Lama-kelamaan, gaya hidup yang tampak menyenangkan itu diadopsi oleh masyarakat. Lalu, tanpa disadari hal itu menjadi standar baru di kalangan mereka. Apabila tak bisa menggapai kehidupan seperti yang dijalani para influencer di internet, bisa jadi masyarakat akan melakukan segala cara—termasuk yang batil—untuk mewujudkannya. Nauzubillah

Tak cukup para influencer, jelang Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia, pemerintah pun turut mempertontonkan aksi bermegah-megahan dalam rangka merayakan hari ulang tahun Tanah Air tercinta. Perayaan tersebut akan dilaksanakan secara besar-besaran di dua tempat berbeda, yakni di Jakarta dan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Karena digelar di dua tempat berbeda, anggaran yang dibutuhkan pun melonjak tajam mencapai Rp87 miliar. Alih-alih menyewa akomodasi yang cukup dan nyaman, pemerintah justru memilih menyewa akomodasi yang mewah dan bergengsi dengan banderol harga selangit. Tindakan ini jelas menyakiti hati rakyat Indonesia, terlebih mereka yang selama ini tak merasakan kehidupan layak di negaranya sendiri.

Pandangan Islam pada Sikap Bermegah-megahan

Dalam Islam, Allah Swt telah memperingatkan umat-Nya agar tak bermegah-megahan. Melalui Al-Qur’an surah At-Takatsur: Alhakumuttakathur, Allah memberi tahu kita bahwa bermegah-megahan akan melalaikan kita terhadap urusan akhirat. 

Perlu diingat bahwa Islam tak pernah melarang umatnya untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup. Namun, mengejar kebahagiaan duniawi bisa membuat seseorang melupakan ibadahnya kepada Allah Swt. Lagipula, kebahagiaan dunia hanya bersifat sementara.

Bermegah-megahan bisa menjadi opsi bagi manusia untuk menggapai kebahagiaan. Namun, bermegah-megahan bisa membuat manusia terus-terusan mengikuti hawa nafsunya, dan hawa nafsu adalah jalan menuju kerusakan. Jika kita terus mengikutinya, maka kita akan berada dalam bahaya.

Mencapai kebahagiaan boleh, tapi bermegah-megahan dengan tujuan mencapai kebahagiaan tidak dibenarkan. Al-Qur’an telah memperingatkan umat manusia agar senantiasa waspada terhadap perilaku ini. Sebab, jika kita terjebak pada perilaku hedonisme ini kita akan mendapatkan siksa yang amat pedih.

Surah At-Takatsur adalah selengkap-lengkap pedoman dari Allah Swt untuk mewaspadai perilaku bermegah-megahan. Dalam surah ini terdapat peringatan, ancaman, dan konsekuensi yang akan didapatkan manusia apabila mereka bersikukuh mengejar kebahagiaan dengan bermegah-megahan.

Baca juga: Larangan Mempersulit Urusan Orang Lain dalam Islam: Hukum dan Hikmahnya

Keinginan untuk bermegah-megahan atau berlebih-lebihan dapat menyibukkan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak bermanfaat. Sehingga, terlalaikan urusan yang baik-baik, termasuk urusan akhiratnya. Allah menyebut dengan jelas bahwa siapa pun yang bermegah-megahan di dunia hingga lalai pada urusan kuburnya, maka kelak ia akan melihat dan merasakan pedihnya siksa neraka.

Dunia adalah ladang amal untuk menentukan masa depan seseorang di akhirat kelak, surga ataupun neraka adalah pilihan yang ditentukan berdasarkan amal. Allah Swt berfirman:

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)

Selain itu, Allah Swt juga telah menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan belaka:

“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti.” (QS. Al-An’am [6]: 32)

Gambar menunjukkan ilustrasi para influencer yang memamerkan hidup bermegah-megahan.

Dampak Negatif Hedonisme Menurut Al-Qur’an dan Sunah

  • Menaruh urusan duniawi di atas segalanya

Al-Qur’an telah menyebut bahwa akan datang suatu masa di mana manusia akan lebih mementingkan hal-hal duniawi. Maka benar, hal ini telah terjadi. Di era perkembangan teknologi ini, manusia bisa dengan mudah memamerkan apa-apa saja yang mereka miliki. Paham hedonisme pun kini telah menyebar pada kelompok muslim.

  • Bergaya hidup mewah

Penganut hedonisme selalu menunjukan kesan yang mewah. Hal ini tidak lain adalah karena mereka tidak mau harta yang diperoleh tidak dapat dilihat dan dipamerkan kepada orang lain. Padahal ajaran Rasulullah Saw yang utama adalah bersikap hidup dengan sederhana.

  • Sombong

Seseorang yang menganut paham hedonisme akan memiliki sifat sombong, karena merasa bahwa hanya dia yang paling banyak memiliki harta dan terhormat. Ia tidak percaya bahwa apa yang ia peroleh adalah pemberian Allah Swt. Lalu, ia beranggapan bahwa harta benda miliknya adalah hasil kerja kerasnya sendiri.

  • Angkuh

Selain sombong, sikap yang akan muncul juga ialah angkuh. Sifat ini sangat dibenci Allah Swt: “Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah kamu terlalu berbangga diri; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’.” (QS. Al-Qashash: 76)

  • Foya-foya

Foya-foya adalah hal yang tidak terpuji, secara langsung sikap bermegah-megahan akan berpengaruh pada individu dalam memanfaatkan uang yang diperoleh. Mereka akan cenderung menghambur-hamburkannya, karena bagi mereka kenikmatan dan kesenangan dunia ialah segala-galanya.

  • Tamak

Tamak adalah sikap rakus terhadap harta dunia tanpa melihat apakah itu halal atau haram. Sifat ini juga dapat menyebabkan timbulnya iri, dengki, permusuhan, perbuatan keji, dusta, curang, dan menjauhkan pelakunya dari ketaatan. Ibnu Al-Jauzi berkata, “Jika sifat rakus dibiarkan lepas kendali, maka ia akan membuat seseorang dikuasai nafsu untuk sepuas-puasnya”. Ketamakan yang dimiliki oleh seseorang bukan hanya menghilangkan berkah yang dimiliki seseorang dari harta yang diperoleh, tetapi juga dapat menghilangkan berkahnya dari ilmu pengetahuan. Ia hanya memiliki ilmu, tapi tidak memiliki kemampuan mengamalkan apa yang telah diketahuinya.

Baca juga: Hasad: Penyakit Hati yang Dapat Merusak Amalan Kita

Tuntunan Islam Agar Dapat Menangkal Sikap Bermegah-megahan

  • Kuatkan iman dan pengendalian diri

Untuk bisa menikmati segala sesuatu yang muncul dari hawa nafsu, manusia akan cenderung sulit membedakan mana yang halal dan haram. Nah, yang dapat mengendalikan semua itu hanyalah kekuatan iman.

  • Bersyukur

Bersyukur pada Allah berarti menyadari betapa banyak nikmat yang telah Allah beri kepada kita. Walau dalam keterbatasan materi, kita harus tetap bersyukur karena ada kenikmatan lain berupa nonmateri yang begitu banyak Allah berikan, terutama nikmat iman dan Islam.

  • Qanaah

Qanaah adalah sikap rela menerima dan selalu merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukan dengan maksimal. Serta, menerima dengan lapang dada apa pun hasil yang diperoleh. Dengan menerapkan sifat qanaah, kita akan selalu penuh dengan rasa syukur dan puas dengan apa kita miliki.

  • Hidup sederhana

Dengan memulai hidup sederhana, seseorang akan memulai hidup dengan mengutamakan kebutuhan bukan keinginan. Dengan menerapkan hidup sederhana dan tidak boros, seseorang bisa terhindar dari hedonisme.

  • Beramal dan bersedekah

Mengerjakan amal saleh dan memberi sedekah kepada yang membutuhkan dalam melembutkan hati kita dan menghindarkan kita hedonisme. Dengan mengerjakan dua hal ini, akan timbul perasaan dalam diri kita bahwa masih ada banyak orang yang membutuhkan, bermegah-megahan jadi tak penting bagi kita. 

Sahabat, mari tularkan perilaku baik dengan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Kamu bisa melakukan sedekah dengan mudah melalui Dompet Dhuafa. Insyaallah, amanah yang kamu titipkan akan disalurkan kepada mereka yang sangat membutuhkan, bahkan bisa turut membantu mengembembangkan ekonomi umat dengan menyalurkannya pada sektor pemberdayaan masyarakat.

SEDEKAH BERSAMA DOMPET DHUAFA