Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Selandia Baru: Ikhlas Berdakwah Membina Mualaf

Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Selandia Baru: Ikhlas Berdakwah Membina Mualaf

AUCKLAND, SELANDIA BARU — Ustaz Muhammad Wahyudi, M.Pd. selaku Dai Ambassador Dompet Dhuafa mendapatkan undangan untuk buka bersama di rumah ustaz Irfan, yang berlokasi di sebelah barat Kota Auckland, pada Senin (27/3/2023).

Buka bersama kali ini terasa spesial, sebab ia mengundang seluruh mualaf binaannya untuk hadir dan ikut berbuka bersama-sama. Hubungan kekeluargaan antara ustaz Irfan dan mualaf binaannya sangat tampak dan terlihat dari keakraban dari semua yang hadir. Pria kelahiran Makassar ini pernah tinggal di Australia sebelum hijrah ke Auckland, Selandia Baru pada tahun 1996.

Pria dengan lima orang anak ini telah berkecimpung dalam dakwah sejak 2014 setelah pulang dari ibadah haji. Di umur yang ke-49, ia merasa hidup ini bukan sekedar hidup, tapi harus ada yang bisa menjadi jariyah setelah ruh meninggalkan jasad. Dengan niat dan prinsip yang dipegang, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah jalan dakwah untuk ikut menebarkan nilai-nilai keislaman untuk warga Auckland dan sekitarnya yang belum mengenal Islam.

Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Selandia Baru: Ikhlas Berdakwah Membina Mualaf
Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Selandia Baru: Ikhlas Berdakwah Membina Mualaf

Sebelum terjun berdakwah, ia juga pernah ikut sebuah jamaah tablig, ikut keluar berdakwah mengajak orang-orang untuk mengenal Islam dan mengamalkan ajara-ajaran Islam. Sebelum menjalani jalan dakwah, ia juga pernah menjadi manager salah satu seafood restaurant di Auckland, kemudian ia yakin dengan hadis Rasulullah SAW:

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ (رواه البخاري)

Maksudnya: “Demi Allah, apabila ada seorang yang mendapat petunjuk melalui dirimu, maka itu adalah lebih baik bagimu daripada unta merah (jenis unta yang paling baik).” [Riwayat al-Bukhari (2942)]

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ (رواه مسلم)

Maksudnya: “Barangsiapa yang menunjukkan sesuatu kebaikan maka dia mendapat pahala sama seperti yang melakukannya.” [Riwayat Muslim]

Selain berdakwah, ustaz Irfan juga ahli dalam mekanik, membuka bengkel di rumah untuk komunitas motor Harley Devidson sebagai nafkah untuk keluarganya. Uniknya, ia belajar untuk bisa memperbaiki motor atau mobil secara otodidak, baik dari youtube ataupun pengalaman dalam perjalan hidup beliau.

Baca Juga: Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa Hong Kong: Belajar Agama di Negara Minoritas Islam

Untuk pendidikan anak-anaknya, ia masukkan dalam homeschooling. Alasannya memilih homeschooling dibandingkan sekolah yang ada dan gratis, bahwa ia memahami dan sangat tahu dengan gerakan LGBT yang menjadi budaya barat yang harus dihindari.

“Jangan sampai anak-anak mendapat pengaruh dari aliran-aliran budaya barat yang melenceng dari akidah sebagai seorang muslim,” ucap ustaz Irfan.

Acara buka bersama diawali dengan iftar, kemudian dilanjutkan dengan salat maghrib berjamaah serta makan malam bersama-sama. Setelah itu, ada pasangan mualaf yang ingin melaksanakan nikah sesuai syariat Islam. Maka, ustaz Irfan menikahkan keduanya sesuai syariat Islam, di mana ada wali dan saksi dari kedua belah mempelai.

Di samping itu, ustaz Wahyudi yang hadir diminta untuk menyampaikan khotbah nikah sekaligus doa. Kedua mempelai yang menikah tersebut adalah Jonathan dan Maryam.

“Bagi saya, momen ini adalah pengalaman perdana dan unik, bahwa dalam dakwah, kita harus selalu siap untuk melayani umat. Setelah akad nikah, dilaksanakan salat isya dan taraweh berjamaah,” ucap ustaz Wahyudi.

Baca Juga: Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa: Anak TKI Tak Punya Hak Pendidikan di Malaysia

Sejak 8 – 9 tahun lalu, ustaz Irfan membina penduduk asli Selandia Baru, di antaranya Saifullah, Malik, Ahmad, Abdullah, Noah, Bruce, Marz, Salahudin dan Yusuf. Ia sangat sabar dalam mengajarkan Islam kepada mereka. Salah satu kunci untuk bisa berdakwah adalah bisa berbahasa sesuai dengan bahasa mereka yaitu bahasa Inggris, serta memahami demografi serta budaya sehingga bisa masuk ke dalam dunia mereka. Kemudian secara bertahap, mereka akan mengenal Islam sedikit demi sedikit.

Di samping kemampuan berbahasa Inggris, harus juga ditambah dengan pengetahuan keislaman yang memadai untuk membina mereka agar mengenal Islam dan bisa mengamalkan ajaran syariah Islam.

Pelajaran yang sangat berharga dari ust Irfan yang mau mengorbankan waktu dan tenaganya untuk terus membina, mengawal setiap mualaf untuk bisa menjalankan syariat Islam secara bertahap, butuh waktu yang tidak singkat, tapi ia terus tekun dan sabar dalam menebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. (Dompet Dhuafa/Wahyudi/Muthohar)