Dedikasi Sepenuh Hati Bidan Ayu di Pelosok Negeri

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok

OGAN ILIR, SUMATRA SELATAN — Adalah Ayu Widianti (29), seorang Bidan asal Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, yang tengah mengemban amanah di Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir. Sudah setahun sejak 2022, Bidan Ayu merantau di sana untuk menjalankan dedikasinya dalam sebuah program Dompet Dhuafa bernama Bidan Untuk Negeri (BUN) melalui Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Sumsel di Desa Tanjung Mas hingga akhir 2024 kelak.

Mengemban tugas sebagai Bidan sudah ia geluti sejak tahun 2015. Sebelumnya, Ayu sekolah D3 Kebidanan di Palembang, kemudian lanjut D4 di Jawa Timur dengan minat pendidikan klinis dan penyidik. Setelah lulus, Ayu langsung bertugas sebagai Bidan Desa di puskesmas dan klinik di sebuah desa di Palembang, wilayahnya juga jauh dari kediaman, tapi tidak menetap.

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29) dalam tugas kunjungan rumah ke rumah di pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

“Ya, aku (tugas) di Desa Tanjung Mas ini dua tahun. Bukan kali pertama ke pedalaman, tapi kali ini menetap, situasinya juga berbeda tiap desa. Jauh, sekitar seratusan kilometer, melewati tiga kabupaten lah dari rumah (Banyuasin) ke sini (Ogan Ilir). Karena kalau kebidanan ada yang harus melaksanakan ujian dan pengalaman untuk praktik,” tutur Bidan Ayu pada Tim Dompet Dhuafa.

Mata pencaharian masyarakat di Desa Tanjung Mas umumnya adalah buruh tani, sementara sebagian kecilnya nelayan. Rumah-rumah panggung sebagian besar dihuni oleh 2 bahkan 4 Kartu Keluarga (KK) pada 1 rumah. Selain terdapat stunting, lansia, dan dhuafa, sebagian besar ibu hamil di Desa Tanjung Mas masih berusia <25 tahun dan sangat awam dengan edukasi kesehatan kandungan.

Baca juga: Bantu Tangani Stunting, Dompet Dhuafa Kirim Bidan ke 4 Wilayah Pelosok Negeri

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29) dalam tugas kunjungan rumah ke rumah di pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Bermula Ingin Jadi Tentara

Sebelumnya, Bidan Ayu tertarik menjadi tentara. Ia tidak berminat pada bidang kesehatan ataupun terlintas akan menjadi seorang bidan. Namun pada suatu momen, seorang kerabat dari orang tuanya menginspirasi Ayu untuk memilih universitas beserta jurusan akademi yang akan ditempuh. Meski awalnya tidak langsung mengiyakan, Ayu malah makin dalam menyelami kebidanan.

“Setelah menjalani dan sudah sejauh ini, aku dapat banyak hal dan itu bukan sekedar ilmu, tapi juga pengalaman dan pembelajaran. Bertemu lingkungan baru dengan masalah berbeda. Padahal sebelumnya, aku bukan orang yang sering sosialisasi. Sekarang aku harus bertemu dengan banyak orang di beda-beda wilayah dengan karakteristik dan lingkungan yang berbeda pula. Aku jadi menyadari akan penyesuaian dan pendewasaan diri tiap itu, ada pendekatan-pendekatan yang mesti aku lakukan dengan masyarakat di pedalaman yang mungkin awam dengan edukasi atau program-program kesehatan,” ungkap Bidan Ayu.

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29) dalam tugas kunjungan rumah ke rumah di pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.
Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29) memeriksa kondisi warga lansia dhuafa dalam tugas kunjungan rumah ke rumah di pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Alih-alih menyelami, suatu waktu Bidan Ayu melihat teman ikut beberapa tes program Bidan Desa. Ia pun terdorong untuk mulai mencari tes serupa. Setelah beberapa kali mencoba dan gagal, gayung bersambut, Bidan Ayu melihat selebaran informasi Program Bidan Untuk Negeri Dompet Dhuafa di media sosial untuk mengisi kebutuhan layanan di Sumsel. Wilayah yang ia harapkan.

“Waktu cari-cari program Bidan Desa, kebanyakan lihat informasi untuk penempatan wilayah luar Sumsel. Ada yang Aceh, Pulau Jawa, dan lainnya. Sedangkan orang tuaku masih inginnya aku di wilayah Sumsel. Qadarullah, ada Bidan Untuk Negeri Dompet Dhuafa di Sumsel. Aku ikut tes dan alhamdulillah sekarang menjalaninya,” aku Bidan Ayu.

Baca juga: Sehatkan Generasi Penerus Bangsa Melalui Program Bidan Untuk Negeri

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29) memeriksa kondisi warga lansia dhuafa di Pos Bidan untuk Negeri pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Layanan Kesehatan = Pendewasaan dan Pemberdayaan

Awal penempatan di Desa Tanjung Mas, Bidan Ayu merasa khawatir dan takut berada di tempat baru, bertugas seorang diri di wilayah pedalaman. Ia masih sedikit was-was dengan pengalaman penempatan sebelumnya. Adanya konflik sosial dan rawan akan perampokan pernah ia rasakan. Namun, mental dan pendewasaannya mulai terlatih menjadi lebih berani dan adaptif.

“Di sini alhamdulillah aman, tidak seburuk yang kita pikirkan. Cuma, karena kita orang baru di sini, harus tetap ramah dan menyesuaikan. Setelah setahun ini aku menyadari bahwa ternyata warga Desa Tanjung Mas itu saling support. Mereka sering bantu berkemas dan masak-masak di dapur kalau ada kegiatan seperti pelayanan hari ini, dan itu sukarela mereka lakukan. Yang awalnya mungkin ada mindset tentang uang, tapi berjalannya waktu kita tahu kalau ini tentang memberi edukasi dan layanan,” ungkapnya.

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Warga lansia dhuafa saat melakukan layanan kesehatan di Pos Bidan untuk Negeri pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.
Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Pemeriksaan layanan kesehatan di Pos Bidan untuk Negeri pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Program Bidan Untuk Negeri sendiri bukanlah sekedar pelayanan, tapi juga pemberdayaan. Ada edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, terutama pada ibu hamil. Karena sebelumnya yang awam akan layanan kesehatan, misalnya periksa kehamilan, masih sulit dilakukan. Contoh kasus yang dialami Bidan Ayu, ada yang baru periksa kehamilan saat usia kandungan sudah masuk enam bulan. Begitu pun jika pengobatan, yang awam melakukan pengobatan ketika sudah parah, bukan selagi bisa dicegah.

“Misalnya di sini, dari yang awalnya masyarakat hanya diberi obat saat ada pengajian, kini pelayanan kesehatan tersentral di rumah atau Pos Layanan Sehat BUN ini. Itu pun mulanya tidak mudah untuk mengajak mereka datang. Aku pendekatan ke kader di sini, aku sambangi rumah ke rumah dan mulut ke mulut. Dari penerima manfaat layanan hanya 10 orang, tambah 15 orang, sekarang alhamdulillah meningkat 30-an orang bisa datang tiap ada layanan. Selebihnya warga yang aku sambangi rumah ke rumah,” jelasnya.

Baca juga: Tingkatkan Kemampuan Bidan Inspiratif Untuk Negeri, Dompet Dhuafa bersama Kimia Farma ajak Bidan ke Suku Baduy

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29), fasilitator Bidan Untuk Negeri (BUN) LKC Sumsel Dompet Dhuafa di pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Persalinan Malam di Sungai Kala Karhutla

Bidan Ayu bercerita, ibu hamil di pedesaan masih terbiasa melahirkan sendiri, kalau keadaan sudah darurat baru memanggil tenaga kesehatan (nakes) atau bidan. Pernah ia dengar sebelumnya, ada seorang ibu periksa kehamilan. Belum ada pembukaan, tapi saat diperiksa lagi ternyata tali pusatnya sudah keluar atau menumbung dan melintang.

“Yang dikhawatirkan itu masyarakat walau ramai, tapi belum tahu betul apakah ini kondisi emergency dan harus dirujuk atau tidak. Karena di sini belum ada ambulans juga. Saat itu sang ibu selamat, tapi janinnya tidak. Jadi aku lebih meningkatkan kelas ibu hamil di sini,” cerita Bidan Ayu, sebagai pelajaran bagi dirinya.

“Pernah juga saat itu tengah malam, sedang hujan, ada emergency. Mau enggak mau harus kita rujuk ke Palembang. Itu jauh, dan terdekat lewat jalur sungai. Pernah juga waktu lagi karhutla (kebakaran hutan dan lahan), lagi parah kabut tebal lewat jalur sungai, sampai akhirnya ada yang melahirkan di perahu ukuran sempit dan penerangan seadanya. Postur ibu hamil itu kan besar, yang dampingi hanya suami misalnya, jadi ketika di pelabuhan pun sulit evakuasinya. Ya, inilah tantangan di daerah pedalaman. Ini yang paling saya ingat,” sebut Bidan Ayu.

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29) memeriksa kondisi ibu hamil dalam tugas kunjungan rumah ke rumah di pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Bidan Ayu mengaku, saat situasi seperti itu hadir, ia sama sekali tidak merasa sebagai pahlawan. Namun sebaliknya, Bidan Ayu malah berpikir bahwa sang pasien harus selamat bagaimana pun caranya. Ia sadar betul, bahwa situasi di lapangan, tantangan saat darurat, dan kondisi pasien berbeda-beda. Hanya satu yang jadi prinsipnya, yakni sepenuh hati.

“Pokoknya selamat dulu, tidak mikirin yang lain lagi. Entah karena dorongan apa, sudah makan atau belum, pakai sendal jepit, kalau saya enggak peduli, yang penting saya tolong dulu, hehe. Tapi dari situ kita sadar, kondisi tiap situasi beda-beda, jadi lakukan yang terbaik saja, sepenuh hati,” tegas Bidan Ayu.

Baca juga: Bidan Untuk Negeri, Upaya LKC Aceh Tingkatkan Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat Deudap

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Salah satu ibu hamil warga Desa Tanjung Mas menunjukkan foto pernikahannya di kediamannya. Penerima manfaat layanan Bidan untuk Negeri tersebut menikah saat usia 20 tahun dan kini tengah hamil tujuh bulan.

Salah satu faktor Program BUN hadir di Desa Tanjung Mas adalah desa ini juga merupakan lokasi tinggi stunting. Hasil analisa Bidan Ayu, di Desa Tanjung Mas terdapat sekitar 20 anak stunting dengan satu anak dengan indikasi down syndrome.

“Kalau anak down syndrome dan stunting jadi mudah sakit. Tidak bisa kita atasi dengan makanan, harus pengobatan, rujuk ke puskesmas, kemudian ke rumah sakit. Aku antar ke rumah sakit karena kalau tidak diantar, kadang tidak mau berobat. Sebab, kondisi ekonomi keluarganya juga kekurangan. Nah, kita (LKC) juga ada Layanan Pos Gizi yang sudah setahun ini bergulir di sini. Alhamdulillah sekarang stunting berkurang dari 20 anak sekarang hanya 5 anak. Edukasi perilaku mengubah mindset ini yang terpenting,” jelas Bidan Ayu.

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Para warga lansia dhuafa dan ibu hamil saat kegiatan pelayanan kesehatan di Pos BUN pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Tingkatkan Akses Kesehatan Pada Pelayanan Persalinan di Pelosok

Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat di suatu negara adalah angka kematian ibu dan balita. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Belum lagi UNICEF telah menobatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus stunting tertinggi keempat di dunia.bBidan menjadi ujung tombak pada perkembangan seribu hari pertama kelahiran anak. Bidan juga merupakan seorang mitra perempuan yang mengawal kesehatan perempuan sepanjang siklus kehidupan. Kurangnya akses pelayanan persalinan di pelosok daerah menjadi hal yang dikhawatirkan untuk keberlangsungan kualitas para generasi penerus.

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Tim LKC Sumsel mendampingi warga lansia dhuafa saat kegiatan pelayanan kesehatan di Pos BUN pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

Guna membantu pemerintah dalam meningkatkan akses kesehatan masyarakat pada proses pelayanan persalinan hingga ke pelosok Tanah Air, Dompet Dhuafa telah meluncurkan Program Bidan Untuk Negeri yang tersebar di beberapa titik di Indonesia sejak Juni 2021. Saat ini, BUN hadir di Sumatra Selatan, Banten, Sulawesi Utara juga Papua.

General Manager Kesehatan Dompet Dhuafa, dr. Yeni Purnamasari, menuturkan bahwa tugas utama para bidan pada program ini adalah memberikan pelayanan sekaligus mengemban program pemberdayaan kesehatan masyarakat. Para bidan juga harus mampu berkoordinasi dengan puskesmas dan pemerintah setempat untuk memperkuat menjalankan program-programnya.

Kisah Bidan Ayu, Bidan untuk Negeri Dompet Dhuafa di Pelosok
Bidan Ayu (29) berdiskusi sekaligus memberi edukasi pada warga lansia dhuafa dalam tugas kunjungan rumah ke rumah di pedalaman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.

“Dompet Dhuafa memberikan pembekalan bagi 6 bidan dengan berbagai pelatihan selama 3 minggu. Pelatihan ini sangat berguna sebagai bekal para bidan yang akan menempati daerah terpencil, yang masyarakatnya mungkin masih awam terhadap pengetahuan tentang kehamilan, juga kesehatan ibu dan anak. Selain itu, kehidupan di pelosok tentunya sangat jauh berbeda dengan kehidupan di perkotaan,” sebut dr. Yeni.

Sebelum melangsungkan Program BUN, para bidan melakukan pelatihan selama tiga minggu bersama LKC Dompet Dhuafa. Pembekalan mengenai Program BUN, bukan sekedar pelayanan Bidan Desa, namun juga tentang pemberdayaan sosial. Bukan hanya persalinan, BUN juga ada pembekalan terkait pemberdayaan pengurangan stunting. Progam BUN bergulir selama dua tahun. Begitu juga dengan sang bidan. Setelahnya, Program BUN akan berkembang menjadi sebuah kawasan sehat.

“Aku menyebutnya BUN itu ‘Ngaji Layanan’, jadi tugas kita dengan urusan sosial pemberdayaan dan kemanusiaan sangat erat. Rasa manusia tetap harus ada. Harapannya jika nanti aku bisa buka praktik sendiri, bukan sekedar bisnis, tapi juga ada sisi sosialnya. Karena seperti yang sudah aku alami dan lihat langsung, masih banyak yang tinggal di pedalaman dengan tantangan daerahnya dan masyarakat yang dhuafa juga,” tutup Bidan Ayu, optimis. (Dompet Dhuafa)

Teks dan Foto: Dhika Prabowo
Penyunting: Dedi Fadlil, Ronna